Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Di akhir liga, Si Rubah hanya menempati posisi ke-12. Padahal saya yakin, Anda semua masih ingat dongeng ala cinderella di Premier League di musim 2015/2016.
Di bawah asuhan Claudio Ranieri, Leicester Citymenakjubkan di musim 2015/16. Tak ada satupun pengamat sepakbola yang berani memprediksi bahwa Leicester City akan tampil luar biasa sepanjang musim.
Tampil dengan status kesebelasan yang hampir terdegradasi semusim sebelumnya, anak asuh Claudio Ranieri tampil keren dengan mengakhiri musim sebagai jawara Inggris.
Sebuah prestasi terbaik, tertinggi dan membanggakan sepanjang sejarah berdirinya klub tersebut.
Para pemain yang sukses menorehkan sejarah sebagai juara pun menjadi incaran klub-klub besar baik di Premier League maupun dari luar Inggris.
Nama-nama seperti Jamie Vardy, Riyad Mahrez, dan N’Golo Kante adalah yang terdepan dalam hal menerima tawaran untuk berganti seragam pada musim 2016/2017.
Belakangan, setelah mayoritas skuat 2015/2016 bertahan di King Power Stadium, justru N’Golo Kante, salah satu sosok kunci keberhasilan Leicester City menjuarai Liga Inggris, hijrah ke Chelsea di musim panas 2016 dan jadi juara bersama The Blues di musim itu.
Sukses Leicester City menjuarai Liga Inggris musim 2015/16 juga membuat Wes Morgan dkk bermain di Liga Champion pada musim 2016/17.
Tiket ke Liga Champions juga jadi pengalaman pertama bagi mereka dalam keikutsertaan di kompetisi tertinggi antar klub Eropa. Bahkan, sebagai juara Inggris, Leicester City berhak berlaga langsung di fase grup.
Berbeda dengan penampilan terseok-seok di liga domestik hingga berujung ke pemecatan Claudio Ranieri, Leicester City justru menghadirkan decak kagum di ajang Liga Champions.