Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Salah satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Shakespeare adalah menjaga keseimbangan kualitas permainan dari para pemain reguler dan pelapis.
Kualitas setara haruslah tercipta, terutama untuk menjalankan variasi strategi ataupun kala rotasi pemain diperlukan untuk dilakukan.
Belum lagi soal ketergantungan yang begitu dalam terhadap Riyad Mahrez dan Jamie Vardy.
Tak bisa dipungkuri bila kontribusi kedua pemain itu merupakan kunci sukses Si Rubah Biru kala memenangi trofi Premier League di musim 2015/2016.
Ketergantungan tersebut memaksa kedua pemain untuk bermain lebih banyak di sepanjang musim. Hanya cedera atau skorsing yang membuat kedua pemain tersebut tak hadir di lapangan hijau.
Bursa transfer pemain pun belum usai. Riyad Mahrez sendiri masih jadi ‘gula’ yang ingin dimiliki klub lain tak terkecuali Arsenal.
Bila Mahrez hengkang, Craig Shakespeare harus memutar keras otaknya untuk menemukan formula yang tepat dalam mejalani tiap pertandingan di sepanjang musim.
Fakta bahwa Leicester City absen di kompetisi Eropa sesungguhnya harus digunakan dan dimafaatkan semaksimal mungkin. Jamie Vardy dkk bisa lebih serius mengarahkan konsentrasi mereka di liga domestik.
Kata konsentrasi itulah yang harus dimiliki setiap pemain Leicester City. Pertandingan kontra Arsenal Jumat lalu memberikan pelajaran bagi anak-anak asuh Craig Shakespeare.
Setelah sempat dikagetkan oleh gol Alexandre Lacazette pada menit kedua, Leicester City sesungguhnya tetap bermain tenang dan terbukti selang tiga menit dari gol tersebut, lewat tandukan kepala Shinji Okazaki, Leicester City sempat menyamakan kedudukan.