Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Mengacak-acak Pemain ala Guardiola

By Selasa, 24 Oktober 2017 | 23:10 WIB
Gelandang Manchester City, Fabian Delph (kanan), merayakan gol yang dia cetak ke gawang Steaua Bucuresti bersama rekan setim, Nolito, dalam laga Liga Champions di Stadion Etihad, 24 Agustus 2016. (MICHAEL REGAN/GETTY IMAGES)

"Sesuatu yang brilian. Saya adalah orang yang selalu ingin belajar. Jadi, tugas ini sangat menarik dan saya menikmatinya."

Penulis: Dwi Widijatmiko

Kata-kata itu diucapkan kepada Sky Sports oleh Fabian Delph, gelandang Manchester City yang dalam sebulan terakhir menjalani tugas menempati pos bek kiri.

Delph pastinya melakukan tugas itu dengan baik.

Dengan dirinya sebagai bek kiri, City hanya kebobolan tiga gol dalam lima partai.

Delph sendiri sudah membukukan satu gol dan satu assist dari posisi tersebut.

Delph merupakan hasil karya terbaru Pep Guardiola dalam "mengacak-acak" pemain.

(Baca Juga: Daftar Lengkap Penerima Penghargaan di FIFA Football Award Edisi 2017)

Selama kariernya sebagai pelatih, Guardiola memang dikenal doyan mengubah posisi pemain, mengeluarkan mereka dari posisi natural ke peran yang terkadang bahkan belum pernah dilakoni si pemain sebelumnya.

Selama melatih Barcelona dan Bayern Muenchen, Guardiola selalu melakukannya.

Di Barcelona ada Javier Mascherano sebagai contoh.

Berposisi asli gelandang tengah, pemain asal Argentina itu disulap Guardiola menjadi bek tengah.

Di Muenchen ada nama Philipp Lahm.

Transformasi Mascherano mungkin masih bisa diterima akal sehat.

Di posisi asli, tugasnya juga defensif.

Praktisnya, Mascherano cuma perlu mundur beberapa langkah dari posisi natural.

Evolusi Lahm lebih spektakuler.

Biasanya menjadi full back, Lahm diubah Guardiola menjadi holding midfielder, sebuah posisi yang sangat vital dalam jantung permainan tim.

Kini, belum genap dua tahun di City, Guardiola sudah merombak banyak posisi pemain.

Fernandinho, seorang gelandang lain, musim lalu juga pernah ditugasi Guardiola untuk mengisi posisi bek sayap.

David Silva dan Kevin De Bruyne juga bisa disebut.

Sebelum Guardiola datang, Silva lebih sering main sebagai penyerang sayap atau "pemain nomor 10" di belakang penyerang.

Sementara De Bruyne adalah spesialis "nomor 10".

Setelah Guardiola datang dan mematenkan pola 4-1-4-1 sampai sekarang, Silva dan De Bruyne sama-sama menjadi gelandang tengah.

"Pemain nomor 8", tetapi yang bisa bergerak bebas memaksimalkan daya kreasinya.

Bukan sekadar darurat

Banyak keputusan Guardiola mengacak-acak posisi pemainnya disebabkan situasi darurat.

"Waktu itu banyak bek tengah cedera. Guardiola melihat karakteristik dan fisik saya. Dia menyukai apa yang dilihatnya," kata Mascherano.

Kondisi Delph serupa dengan Mascherano.

Dia menjadi bek kiri setelah pengisi natural posisi itu, Benjamin Mendy, dipastikan absen lama lantaran mengalami cedera pada ligamen lututnya.

Namun, dari sekadar situasi darurat, pemain-pemain yang diubah posisinya oleh Guardiola malah banyak yang lantas menjadi kelas dunia dalam fungsi barunya.

Pemain yang menjadi "korban" Guardiola juga tidak perlu berkecil hati merasa diri hanya menjadi sebuah ban serep dalam tim.

Guardiola justru hanya memilih pemain yang spesial untuk dijadikan "kelinci percobaan".

"Pemain paling cerdas yang pernah saya latih. Dia memahami permainan. Tidak semua pemain bisa melakukannya. Philipp bisa bermain di semua posisi," kata Guardiola soal Lahm.

Jadi, tidak salah jika Delph mengaku menikmati peran barunya sebagai bek kiri.

Boleh jadi dia memang sedang mengarah kepada puncak kariernya dan Manchester City juga telah menemukan seorang bintang yang baru.

 

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P