Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Big match akan tersaji pada akhir pekan ini antara Liverpool kontra Everton, Minggu (10/12/2017).
Liverpool sudah menemukan pakem yang dinilai tepat untuk mengarungi musim yang panjang.
Kehadiran Mohamed Salah pada awal musim menjadi sebuah tambahan yang sangat terasa di lini depan The Reds.
Mo Salah seolah melengkapi kepingan puzzle di sayap kanan Liverpool.
Sebenarnya sudah ada Sadio Mane yang biasa menempati posisi tersebut pada musim lalu, namun kehadiran Mo Salah memberikan dimensi yang berbeda.
(Baca Juga: Rekor Manchester United Selama 12 Tahun Akan Kandas saat Bertemu Klub Gurem Ini)
Mane harus mengalah dan rela posisinya digeser ke sayap kiri oleh Juergen Klopp.
Namun perpindahan posisi itu tak mengurangi kecemerlangan Mane, hal itu terbukti dari catatan 7 gol dan 5 assist dari 15 laga Mane bersama Liverpool di semua kompetisi musim ini.
Kedua pemain lincah nan agresif itu menopang Roberto Firmino yang disulap oleh Klopp menjadi penyerang tengah.
Meski sejatinya Firmino adalah second striker, namun ia tetap tampil tajam saat ditempatkan di posisi paling depan.
Torehan 12 gol dan 6 assist dari 22 pertandingan menjadi bukti ketajaman Firmino.
(Baca Juga: Mengenang Pencetak Gol Tertua di Piala Dunia yang Pernah Singgah di Liga Indonesia)
Jangan lupakan penyihir mungil Liverpool yang sempat dikabarkan akan hengkang pada jendela transfer lalu, Philippe Coutinho.
Pemain beralias Phil itu juga mengalami transformasi sepanjang musim ini, ia digeser lebih ke dalam di belakang para penyerang.
Dengan Phil di lini tengah, Liverpool bisa bermain sangat fleksibel di lapangan.
Klopp kerap memainkan formasi 4-3-3 saat memulai pertandingan, lalu berubah menjadi 4-2-4 ketika membutuhkan gol, dan 4-1-4-1 ketika dalam kondisi tertinggal.
The Reds hanya menelan dua kali kekalahan di semua kompetisi saat memainkan formasi tersebut.
Keadaan tersebut berbanding terbalik dengan rival sekota yang akan menjadi lawan akhir pekan nanti, Everton.
Everton bak tim galau yang hobi gonta-ganti formasi sepanjang musim ini.
Berdasarkan data dari Football Line-up, The Toffees telah 8 kali berganti formaso sejak awal musim ini.
Saat diampu Ronald Koeman, Everton kerap memainkan formasi 3-4-1-2 dan 4-2-3-1, namun hasilnya kurang memuaskan.
Empat kemenangan, dua kekalahan, dan satu hasil imbang menjadi hasil yang harus didapat Everton di awal musim.
Meneer Belanda itu kemudian berinovasi mengembangkan formasi 3-4-2-1 dan 4-3-2-1, tetapi hasilnya justru makin memprihatinkan.
Dengan formasi tersebut, Wayne Rooney dkk harus merasakan pahitnya empat kekalahan beruntun.
(Baca Juga: Manchester City Tanpa Kevin De Bruyne dan David Silva bagai Raga Tak Bernyawa)
Sejak itu Koeman kerap berganti-ganti formasi hingga akhirnya ia dipecat usai kalah telak dengan skor 2-5 dari Arsenal.
Kala ditangani caretaker David Unsworth, Everton masih tetap belum stabil.
Empat formasi sempat dijajal oleh eks pemain Everton era 1998-2004 itu.
Hingga akhirnya usai meraih kemenangan atas West Ham United dengan skor 4-0, Everton menunjuk Sam Allardyce sebagai pelatih tetap.
Bersama Allardyce, Everton memainkan formasi 4-1-4-1 yang bisa berubah menjadi 4-2-3-1 tergantung keadaan.
(Baca Juga: Meski Bisa Menang Atas Juventus, Inter Milan Belum Tentu Juara Liga Italia)
Hasilnya, tim promosi Huddersfield Town berhasil dikalahkan dengan skor 2-0.
Pemain-pemain kreatif seperti Gylfi Sigurdsson, Wayne Rooney, dan Tom Davies ditempatkan di belakang penyerang tunggal yang bisa diisi Dominic Calvert-Lewin atau Nikola Vlasic.
Khusus untuk Rooney, ia mendapat peran yang mirip ketika tahun-tahun terakhir bermain di Manchester United.
Rooney lebih ditempatkan ke dalam sebagai jembatan dan pengalir bola dari belakang ke depan.
Berbekal pengalaman dan kematangan bermain, Allardyce mengembalikan Rooney sebagai deep-lying playmaker yang mengatur serangan dari area tengah lapangan.
A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on