Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Eks striker Italia, Paolo Di Canio, popularitasnya bisa dibilang kalah saing dengan striker Italia lain di era yang sama.
Nama Di Canio acap kali tenggelam di bawah nama-nama beken seperti Roberto Baggio, Gianfranco Zola, atau Fabrizio Ravanelli.
Sebagai striker, pria kelahiran Roma 9 Juli 1968 memang tak terlalu tajam, maka dari itulah namanya tak pernah dipanggil skuat inti timnas Italia.
Meski pernah mencicipi gelar, contohnya gelar Piala UEFA (sekarang Liga Europa) bersama Juventus pada 1993 dan scudetto dengan AC Milan pada 1996, peran Di Canio kurang berkontribusi di dalamnya.
(Baca Juga: Sejarah Hari Ini, Aksi Pele Putih Sihir Liverpool)
Dibandingkan gelar yang ia raih, Di Canio lebih dikenal dengan aksi kontroversialnya di luar maupun di dalam lapangan.
Contohnya saat membela Lazio pada Maret 2005, usai menaklukkan AS Roma di Derby della Capitale Di Canio melakukan salam fasis ke arah suporter.
Salam fasis sendiri kerap dilakukan pemimpin di masa-masa gelap Eropa di awal abad 20, yakni Adolf Hitler dan Benito Mussolini.
Di Canio juga dikenal temperamental, contohnya ia pernah mendorong wasit Paul Alcock pada 1998 karena memberikannya kartu merah.