Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Mauro Icardi: Pembunuh Berdarah Dingin

By Anggun Pratama - Selasa, 17 Oktober 2017 | 12:40 WIB
Kapten Inter Milan, Mauro Icardi, merayakan gol yang dia cetak ke gawang AC Milan dalam laga Liga Italia di Stadion Giuseppe Meazza, Milan, pada 15 Oktober 2017. (MIGUEL MEDINA/AFP)

 Dihujat, disebut tak cocok sebagai kapten, memberi contoh buruk, pengkhianat. Segala opini negatif tersebut tak membuat Mauro Icardi kehilangan jati dirinya: pembunuh berdarah dingin di kotak penalti.

Karier Mauro Icardi bersama Inter Milan memang tak selalu mulus.

Pada 16 Oktober 2016, ia meluncurkan biografinya yang kontroversial bagi kebanyakan fan Inter.

Dalam buku bertajuk Sempre Avanti, la mia storia segreta, Mauro Icardi mengungkapkan kegeramannya kepada ultras setelah kalah 1-3 dari Sassuolo pada Feburari 2015.

Icardi mengecam aksi ultras yang mengambil dan membuang jersey Inter kembali ke lapangan, padahal jersey itu ia berikan buat seorang anak-anak pendukung Inter.

(Baca Juga: Liverpool Vs Manchester United - Romelu Lukaku Buntu Lagi, Catatannya Masih Kalah Jauh dari Jamie Vardy)

Dalam biografi itu, Icardi mengeluarkan unek-uneknya terhadap kelompok ultras dengan nada mengancam.

Fan pun geram dan meminta klub mencopot status kapten yang Icardi emban.

Setahun berselang, barangkali masih banyak yang benci kepada Icardi. Tetapi, kapten berusia 24 tahun itu tak peduli.

Pada laga besar menghadapi AC Milan pada Minggu (17/10/2017), ia membuat hattrick!

Maurito menyapu bersih gol kemenangan 3-2 Inter.

Semua gol itu merupakan ciri khasnya sebagai pembunuh berdarah dingin di kotak penalti.

Hanya empat tembakan yang ia lepas. Semuanya menuju sasaran.

Gol pertama memanfaatkan umpan silang daerah Antonio Candreva.

(Baca Juga: Liverpool Vs Manchester United - Reaksi Kocak Twitter terhadap Penyelamatan Kelas Dunia David De Gea)

Gol kedua berasal dari dirinya yang memenangi perebutan bola dari kaki Lucas Biglia di tengah lapangan, sedikit mendribel, mengoper ke Ivan Perisic, menempatkan posisi dengan baik, jauh dari jangkauan Leo Bonucci dan Alessio Romagnoli, dan menyelesaikan dengan voli keren.

Gol ketiga alias penentu malah lebih keren.

Ia tak gugup sama sekali ketika menjadi algojo penalti di menit-menit akhir laga.

Icardi seolah ingin menunjukkan cara mencetak gol lewat penalti di ujung laga kepada Paulo Dybala yang gagal menjalankan tugas serupa buat Juventus sehari sebelum laga.

Yang pasti, kini Icardi bisa disebut legenda buat Inter.

Hattrick-nya dalam laga derbi Milan membuatnya setara dengan Diego Milito, Istvan Nyers, Amadeo Amadei, dan Giovanni Capra yang juga membuat trigol di derbi.

Suka tidak suka, Inter kini identik dengan Icardi. Seperti dalam tajuk Corriere dello Sport, Maurinter! Mauro Icardi adalah Inter!

Hattrick+ di Derbi Milano

  • 15 Oktober 2017: Inter vs Milan 3-2 (Mauro Icardi 3; Inter)
  • 6 Mei 2012: Inter vs Milan 4-2 (Diego Milito 3; Inter)
  • 27 Maret 1960: Milan vs Inter 5-3 (Jose Altafini 4; Milan)
  • 1 November 1953: Inter vs Milan 3-0 (Istvan Nyers 3; Inter)
  • 6 November 1949: Inter vs Milan 6-5 (Amadeo Amadei 3; Inter)
  • 6 Februari 1910: Milan vs Inter 0-5 (Giovanni Capra 3; Inter)

(Naskah ini bisa dibaca di Tabloid BOLA edisi 2.810 yang terbit pada Selasa, 17 Oktober 2017, sekaligus sebagai koreksi) 

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P