Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Roberto Mancini, Leonardo, sampai pelatih sekaliber Jose Mourinho gagal mengantar Internazionale menang di rumah angker Napoli, San Paolo. Mampukah Luciano Spalletti memutus tabu tersebut?
Penulis: Sem Bagaskara
Sudah sangat lama Inter puasa kemenangan di San Paolo. Tripoin terakhir I Nerazzurri di sana muncul pada 18 Oktober 1997, saat mereka masih dibesut Luigi Simoni! Dalam 11 partai berikut, Inter selalu gagal menuai poin penuh.
Rapor mereka di San Paolo adalah tiga hasil imbang dan delapan kekalahan.
"Inter akan mampu menggeser Napoli dan menyasar scudetto. Siapa lebih baik, Spalletti atau Mourinho? Mereka persona yang berbeda. Kendati demikian, Spalletti adalah pribadi hebat," kata eks Presiden Inter, Massimo Moratti.
Soal prestasi di kandang Napoli, Spalletti ada di atas Mourinho. Pelatih berkepala plontos itu pernah empat kali membawa pulang kemenangan dari San Paolo. Seluruh tripoin milik Spalletti itu hadir ketika dirinya masih menukangi Roma.
"Partai melawan Napoli akan sangat menantang," kata Spalletti, yang menatap kunjungan pertama ke San Paolo bersama Inter.
Menantang adalah deskripsi yang sangat tepat. Napoli kini disebutsebut sebagai salah satu tim yang memperagakan sepak bola paling indah di seantero Eropa.
Sebanyak 26 gol sudah diciptakan personel Partenopei dalam delapan pekan Serie A 2017/18. Rapor defensif anak asuh Maurizio Sarri juga oke. Gawang Pepe Reina baru jebol lima kali.
(Baca Juga: Permainan Persib Bandung Bikin Bobotoh Ini Tidur Nyenyak di Tribun Penonton)
Catatan tersebut serupa dengan milik Inter serta Roma. Sebanyak 13 laga terakhir di Serie A pun dilalui Napoli dengan meraih hasil sempurna.
I Vesuviani kini tinggal butuh empat kemenangan tambahan agar sejajar dengan rekor Inter pada 2006/07.
"Manchester City? Saya pikir beberapa pemain harus diistirahatkan sebab laga melawan Inter tinggal sebentar lagi dan sama pentingnya," ujar Presiden Napoli, Aurelio De Laurentiis, di La Gazzetta dello Sport.
Sarri berkata bahwa dirinya dibayar De Laurentiis untuk memilih starter ideal. Kendati demikian, saran sang presiden nyatanya didengarkan Sarri.
Ketika takluk 1-2 dari Manchester City di Liga Champion medio pekan ini, Sarri tak menurunkan Jorginho dan Allan sebagai starter. Mesin Jorginho-Allan ibarat mesin dalam permainan cantik Napoli.
(Baca Juga: Meski Bingung, Eden Hazard Pasrah pada Keputusan Pelatih Chelsea)
Tanpa mereka, roda tim dalam rupa Jose Callejon-Dries Mertens- Lorenzo Insigne tak akan berputar maksimal. Jorginho merupakan distributor bola ulung.
Di lain sisi, tugas Allan adalah merusak permainan lawan. Gelandang asal Brasil tersebut tercatat 26 kali mencuri bola dari penguasaan musuh. Tak ada gelandang Napoli lain yang mampu menyamai catatan Allan.
Lantaran diistirahatkan pada tengah pekan, "mesin" Napoli dipastikan bakal berada dalam kondisi terbaik untuk menghadapi Inter, yang juga belum tersentuh kekalahan musim ini.
Jorginho- Allan adalah senjata andalan Napoli untuk membunuh nyawa permainan Inter, Borja Valero. Gelandang I Nerazzurri asal Spanyol itu sering menjadi inisiator serangan Inter.
Ia tercatat 27 kali merebut bola dari kaki lawan alias hanya kalah banyak dari palang pintu Joao Miranda (28 kali).
"Borja Valero adalah pemain yang fl eksibel dan menyuntikkan kualitas yang tak kami miliki sebelumnya," kata Direktur Inter, Piero Ausilio.
(Baca Juga: Pemain Muda Barcelona Bakal Ancam Posisi Chris Smalling di Manchester United)
Peran Borja Valero di sektor tengah bakal kian krusial mengingat Inter masih tak bisa memainkan Joao Mario dan Marcelo Brozovic yang dililit cedera.
Tugas berat menanti Borja Valero dan tandemnya, Roberto Gagliardini. Pasalnya, bersama Jorginho-Allan, Napoli seperti tak terhentikan. Duo gelandang itu sejak musim 2016/2017 telah berpartner dalam 24 partai liga bareng Napoli.
Keberadaan Jorginho-Allan berdampak positif. Ketika dua nama tersebut menghuni susunan starter, I Vesuviani meraih 18 kemenangan, lima skor seri, dan satu kekalahan.
Kehadiran kembali sang mesin utama bakal membuat Napoli melaju kencang dan melanjutkan kesempurnaan.
Di lain sisi, Spalletti sepertinya harus bernasib sama dengan Mancini, Leonardo, dan Mourinho.