Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
"Lihat saya! Saya Giorgio Chinaglia! Saya mengalahkanmu!" kata Chinaglia menunjuk ke arah tribune pendukung AS Roma.
Seruan bernada sombong dari striker Lazio itu menggema untuk pendukung rival sekotanya.
Dalam laga Derby della Capitale pada 31 Maret 1974 Chinaglia memang boleh berbangga hati.
Lazio menang 2-1 dari Roma yang merupakan musuh bebuyutan di mana ia menyumbang satu gol kemenangan lewat penalti pada menit ke-50'.
Elang Ibukota saat itu juara di musim 1973-1974, sedangkan Roma hanya finis di posisi delapan klasemen dari 16 klub peserta.
Chinaglia menjadi tokoh sentral kejayaan Lazio pada musim itu.
Auguri a tutti Noi.Ed un "pensiero" a chi festeggia da "lassu' " pic.twitter.com/HikmkOjMps
— Caterina Vicini (@58Caterina) 9 Januari 2017
Kontribusi terbesarnya adalah menyumbang 24 gol yang menobatkan dirinya menjadi top scorer pada musim tersebut.
Lahir pada 24 Januari 1947 di Carrara, Italia, dari pasangan Mario dan Giovanna, Giorgio Chinaglia lahir saat ekonomi Italia sedang memburuk pasca perang dunia ke-2.
Setelah adiknya, Rita, lahir tanggung jawab Mario pun bertambah di situasi perekonomian yang belum stabil.
Mendapat kerja sebagai buruh pabrik, ayah Giorgio Chinaglia memutuskan mengangkut keluarganya untuk pindah ke Cardiff, Wales, pada Oktober 1955.
"Saat saya usia 9 tahun kami meninggalkan Italia. Kami berempat tinggal di satu ruangan," ungkap Chinaglia dikutip BolaSport.com dari Sports Ilustrated.
"Ayah saya petugas pengerjaan besi dan itu pekerjaan yang berat."
"Saya terbiasa mengambil susu dari beranda orang lain untuk diminum sebagai sarapan."
"Saya tak menganggapnya sebagai mencuri, sebenarnya. Saya hanya meminjam."
Di Wales bakat sepak bola Chinaglia mulai terasah.
Di usia 13 tahun pelatih Swansea Town (kini Swansea City), Trevor Morris, menemukan bakatnya.
Bermain untuk Cardiff Schools kala itu di satu laga Chinaglia mencetak hat-trick.
Chinaglia tentu senang bisa menyalurkan bakatnya, dan terlebih lagi sepak bola menghindarkannya dari pekerjaan orang dewasa.
"Pada saat itu ayah menyisihkan uang untuk membeli restoran di Cardiff."
"Saya senang sepak bola, karena bisa menjauhkan saya dari mencuci piring dan menunggu meja makan pelanggan."
Chinaglia memulai debut seniornya untuk Swansea pada Oktober 1964 kala melawan Rotterham United, lalu pada bulan Februari ia menikmati debut perdana di liga.
(Baca Juga: Sejarah Hari Ini, Wasit Gemulai Brasil Wafat)
Bersama Swansea, Chinaglia memenangkan West Wales Senior Cup pada 1965 dengan mencetak gol saat timnya menang 3-0 atas Llanelli FC.
Tahun 1966 klub Inggris tidak berminat memakai jasanya ditambah ia sedang melakukan wajib militer, Chinaglia yang saat itu berusia 19 tahun bersama keluarganya pun mudik ke Carrara.
Mengikuti wajib militer diakuinya membuat dirinya berkembang.
"Di sisi lain, saya mungkin bisa saja masih di Wales, berleha-leha sambil minum ale (bir dari gandum)."
"Wajib militer Italia memiliki resimen untuk pesepak bola, jadi yang saya lakukan selama itu adalah berlatih sepanjang hari, dan saat klub butuh saya, saya bisa lolos."
Saat itu Chinaglia dilarang bermain di Serie A - kasta tertinggi Liga Italia - selama tiga tahun karena telah berkarier profesional di luar Italia.
Ayahnya pun mengakali larangan itu dengan memasukannya ke klub Serie C, Massese.
Di musim selanjutnya Chinaglia bergabung dengan Internapoli, klub asal Naples, di mana ia menghabiskan dua musim dengan mencetak 26 gol dalam 66 laga.
Mengkilap bersama Internapoli, pada tahun 1969 Chinaglia bergabung dengan Lazio.
Jangan bayangkan Lazio dulu dengan kini, karena pada masa itu Si Elang masih terbang rendah di kasta kedua sebagai klub miskin.
"Lazio kacau sekali saat saya datang. Mereka ada di kasta kedua dalam tempo yang lama."
(Baca Juga: Sejarah Hari Ini - Embusan Napas Terakhir Miroslav Janu, Sosok Nakhoda Asing Panutan di Tanah Air)
"Mereka kekurangan finansial, sebagai tim sepak bola pada umumnya, mereka terpaksa menjual pemain muda untuk mendapatkan uang."
Chinaglia yang menjadi bintang di era itu berupaya membantu dengan cara berkompromi dengan manajemen Lazio soal transfer jual-beli pemain.
Debut pertamanya di Lazio berakhir mulus, 12 gol dicetak Chinaglia di musim perdana termasuk gol ke gawang juara Liga Champions AC Milan yang dipimpin pemain kawakan Gianni Rivera.
Di musim keduanya, 1970-1971, menjadi mimpi buruk bagi Lazio dan Chinaglia.
Chinaglia hanya mencetak 9 gol, dan Lazio turun ke Liga Italia Serie B karena buruknya performa sepanjang musim.
Meski Lazio bermain buruk di tahun itu mereka sanggup memenangkan gelar Coppa delle Alpi dengan mengalahkan Basel 3-1.
Lazio hanya butuh semusim terpuruk di kasta kedua, karena finis di posisi kedua klasemen Serie B musim 1971-1972.
Chinaglia tentu berperan besar membantu Lazio promosi, hal itu bisa dilihat ia mampu menjadi top scorer Serie B di musim itu.
Meski statusnya pemain kasta kedua, Chinaglia tetap mendapat perhatian pelatih timnas Italia, Ferruccio Valcareggi.
Chinaglia yang dipanggil pertama kali memperkuat Gli Azzurri pada 1970 tetap dipanggil walau tidak bermain di kasta tertinggi.
Ia tercatat menjadi pemain pertama di Italia dengan status pemain kasta kedua yang dipanggil timnas.
Selama membela Lazio, Chinaglia menjadi ujung tombak selama tujuh tahun dengan mencetak 122 gol dari 246 laga.
Pemilik postur 186 sentimeter gemar mencetak gol terutama di laga derbi melawan Roma.
Wajar hal itu membuatnya dibenci pendukung Roma, sehingga julukan Si Bongkok mendarat untuk mengejek fisiknya.
Perseteruan semakin seru dan panas saat kedua tim saling perang chant untuk memuji dan mengejek pemilik panggilan Long John (nama tersebut diambil dari eks striker Juventus yang juga berpostur tinggi, John Charles).
"Giorgio Chinaglia e il grido di battaglia (Giorgio Chinaglia adalah sahutan perang kami)," seru fan Lazio, dikutip dari buku 'Winning at All Costs: A Scandalous History of Italian Soccer'.
Fan Roma pun membalas dengan ejekan untuk Chinaglia disertai sanjungan untuk striker mereka saat itu, Piero Prati.
"O brutto gobbolscava la fossa, sarai sommerso dalla furia giallorossal quando saremo vicino al telnoi ti daremo un altro duce un altro re: Piero gol (Si jelek bongkok, galilah kuburanmu, dengan kemarahan merah dan kuning, saat kami menjumpai, kami akan menunjukkan pemimpin lain raja yang lain: Piero Gol)."
Di level timnas kiprah Chinaglia tak terlalu mentereng.
Ia hanya mencatatkan 14 caps dan 4 gol.
Meski dipanggil untuk memperkuat Italia untuk Piala Dunia 1974, kebintangan Chinaglia tercoreng karena sikapnya yang meledak-ledak.
Saat dirinya ditarik keluar kala membela Italia melawan Haiti di babak grup Piala Dunia 1974, Chinaglia memperlihatkan sisi temperamentalnya.
Merasa tidak suka ditarik keluar saat menggantikan Pietro Anastasi, Chinaglia berkata kasar pada pelatih Valcareggi.
Ia kemudian mengamuk di lorong pemain, merusak pintu ruang ganti, melempar delapan botol minuman ke dinding.
Dengan emosinya yang sulit dikontrol itu membuat karier timnas Chinaglia berakhir di laga itu.
Pada April 1976 Chinaglia memutuskan berkarier di Amerika Serikat dan bergegas ke New York.
Keputusannya untuk berkarier di Negeri Paman Sam melihat situasi kehidupannya yang tidak kondusif karena kerap diteror fan lawan.
Di tahun 1976 Chinaglia pun resmi memperkuat New York Cosmos yang saat itu diisi sejumlah bintang sepak bola dunia seperti Franz Beckenbauer, Steven Hunt, Bobby Moore, dan Pele.
#Beckenbauer #Pelé #Chinaglia with jersey #NYCosmos #NASL @OldFootball11 @FootballArchive @facciacalcio @footballmemorys @FootballAttic pic.twitter.com/1nUnfWLzvV
— francesco mistrulli (@framis74) 22 Agustus 2017
Chinaglia terus mencetak gol di NY Cosmos, bahkan melebihi torehannya di Lazio.
Membela Cosmos yang menjadi klub terakhirnya hingga tahun 1983, Chinaglia disebut-sebut mencetak 435 gol dari 413 laga.
Karakter keras memang sulit dihilangkan Chinaglia, Pele sebagai rekan satu timnya pernah merasakan itu.
Pele yang terbiasa bermain sebagai penyokong serangan terkena komplain dari Chinaglia.
Menurut Chinaglia, Pele tak memberikan servis yang baik.
Pele pun membalas dengan kritikan kalau yang Chinaglia lakukan hanya menendang bola dari sudut yang tak mungkin bisa gol.
Chinaglia pun loncat ke bangkunya, menatap ke bawah dan mengatakan: "Saya ini Chinaglia. Jika saya menendang dari tempat itu karena Chinaglia bisa mencetak gol."
Beberapa sumber menyebutkan Pele saat itu keluar dari ruang ganti sambil menangis.
Karier sepak bola Chinaglia berakhir pada 1983 dan mendapat kepercayaan menjadi presiden Lazio sampai tahun 1985.
Sayangnya ia terlibat pencucian uang yang melibatkan sindikat kriminal Camorra.
Pada 2004 Chinaglia berupaya membeli klub Italia lain, Foggia.
Namun sekali lagi kasus pencucian uang terjadi padanya sehingga kepolisian Italia berusaha menangkapnya.
Chinaglia akhirnya kabur ke Amerika Serikat untuk menetap sampai maut memanggilnya pada 1 April 2012 karena serangan jantung.
Beberapa tahun Chinaglia wafat terdapat kisah lucu yang melibatkan namanya.
Putri presiden Amerika Serikat Donald Trump, Ivanka, berkesempatan mengunjungi restoran Le cave di Sant'Ignazio di Roma saat menemani sang ayah mengunjungi Paus Fransiskus pada 2017 lalu.
Melihat foto Chinaglia yang melebarkan tangan di atas lapangan Ivanka memberikan pertanyaan menggelitik.
Ia mengira legenda Lazio itu adalah santo atau orang suci.
"Santo siapakah ia?" tanya Ivanka.
Pemiliki restoran, Luigina Pantalone, pun mencoba meluruskan.
"Ia bukan santo, ia adalah seorang juara besar Lazio," jawab Pantalone.
Ya, walau kenyataan Chinaglia bukanlah seorang santo, di mata Laziale ia adalah sosok spesial yang memberikan scudetto pertama bagi tim kota Roma itu.