Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
A proposito di intolleranza e razzismo. Lui, biancoceleste, il 28 ottobre 1979 era allo stadio per la #Lazio ed è stato ucciso. #Paparelli pic.twitter.com/A41uB6vhBb
— Tommaso Montesano (@TommasoMont) 27 Oktober 2017
Sebelum dinyatakan tewas, kala itu pria 33 tahun tersebut sedang asyik menonton pertandingan di curva nord sambil memakan sandwich bersama istrinya, Wanda.
Paparelli, yang merupakan suporter biasa, mendapat tempat di area menonton ultras Lazio dari kakaknya yang tak bisa hadir.
Nahas bagi Paparelli karena di hari itu menjadi hari terakhirnya menonton pertandingan Lazio.
Baca Juga:
Rusların yediği bu haltın aynısı Roma derbisinde bir taraftarın ölümüne neden olmuştu: Vincenzo Paparelli. pic.twitter.com/MD9hiTLJV7
— Tribun Dergi (@tribundergi) 11 Juni 2016
Tiba-tiba tembakan flare dari curva sud, yang merupakan tribune ultras Roma, mengarah tepat padanya dan mengenai mata kirinya, melihat hal itu Wanda pun berusaha mematikan api yang membakar mata suaminya.
"Kau tak boleh meninggal Vincenzo, kau tak bisa meninggalkanku di sini sendirian! Kita punya dua anak," kata Wanda yang memohon pada Paparelli untuk bertahan.
Dokter yang kemudian datang tidak sanggup menolong Paparelli karena sudah tidak bernyawa.
Stadion Olimpico pun ricuh karena tembakan flare Fiorillo menelan korban.
28.10.1979 - Stadio Olimpico: durante il derby Roma-Lazio, un razzo uccide il tifoso biancazzurro Vincenzo #Paparelli pic.twitter.com/07EnnNYd9i
— Libro dei Fatti (@librodeifatti) 28 Oktober 2014
Fiorillo mengira tembakan yang ia sulut hanyalah kembang api biasa dan bukanlah flare.