Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
AI FALSI MORALISTI..A CHI SI SCANDALIZZA .#curvanord #curvasud #paparelli@AleAntinelli #raisport #lazio #roma #derby #irriducibili pic.twitter.com/rfAItntHj8
— elvislazio (@AQVILAROMANA) 9 Mei 2017
Remaja 18 tahun yang berprofesi sebagai pelukis itu kemudian menghilang menjadi buronan polisi.
Dikabarkan Fiorillo kabur ke Swiss dan selama pelariannya ia sering menelepon kakak Paparelli untuk meminta permohonan maaf, ia mengaku tak bermaksud membunuh.
Dua tahun atau 14 bulan setelah kejadian, Fiorillo kemudian kembali ke Italia untuk menyerahkan diri.
(Baca Juga: Sejarah Hari Ini, Si Hantu Belanda Cetak Gol Tercepat Liga Champions)
Pada 1987, delapan tahun pasca wafatnya Paparelli, Fiorillo divonis hukuman penjara selama 6 tahun 10 bulan karena kesalahannya itu.
Fiorillo kemudian meninggal pada 1993 karena pengaruh obat-obatan terlarang dan penyakit.
Sebelum meninggal ia menulis surat pada keluarga Paparelli untuk kembali meminta permohonan maaf.
Insiden flare yang merenggut Paparelli pada 28 Oktober menjadi hari berkabung bagi fan Lazio atau Laziale setiap tahunnya.
Derbi de Roma, violencia en las gradas y la muerte de Vincenzo Paparelli. Fútbol italiano.
[Por @Pinturicchia13] https://t.co/fXhbsOsYlr pic.twitter.com/RzTFXzD2lz
— Soy Calcio (@SoyCalcio_) 21 Januari 2017
Walau sayang, kubu fanatik Roma beberapa kali terlihat tidak menaruh respek pada kematian Paparelli dengan membentangkan spanduk berisikan namanya untuk memprovokasi fan Lazio.