Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Sebelum Cristiano Ronaldo, Ricardo Quaresma, dan Luis Nani, nama Luis Figo menjadi bintang bagi timnas Portugal.
Sama halnya seperti Ronaldo, Figo kala itu menjadi bintang Real Madrid sejak didatangkan pada awal milenium karena sudah mempunyai nama di kompetisi Liga Spanyol.
Tepat pada hari ini, 24 Juli, genap tujuh belas tahun lalu Figo mengukuhkan diri sebagai pemain termahal dunia.
Di tahun dimana ia meraih penghargaan pemain terbaik dunia dan pemain asing terbaik La Liga Spanyol, Figo diboyong Madrid dari rival abadinya, Barcelona.
Dana 37, 4 juta poundsterling dikeluarkan Madrid untuk menebus Figo yang saat itu berumur 27 tahun.
Dengan harga itu Figo didaulat sebagai pemain termahal saat itu, memecahkan transfer Hernan Crespo dari Parma ke Lazio di tahun yang sama.
Florentino Perez menjadi sosok di balik transfer megah yang dibuat Madrid dalam mencuri pemain pujaan fans Barca itu.
Dalam kampanyenya untuk menjadi presiden Madrid, Perez menjanjikan akan merekrut simbol dari Barcelona, Luis Figo.
Perez menjanjikan akan memberikan 1,6 juta poundsterling jika Figo setuju menyeberang ke Madrid.
Figo pun sempat menampik akan pindah dan berjanji akan setia di Stadion Camp Nou pada musim mendatang.
"Saya yakinkan pada fans Luis Figo, dengan segala keyakinan, akan tetap di Camp Nou pada 24 Juli untuk awal musim mendatang," kata Figo sendiri dikutip dari Marca.
Janjinya tak ditepati, Figo kemudian pindah ke Madrid di tanggal yang ia sebutkan.
Nomor sepuluh menjadi milik Figo di awal era Los Galacticos yang dibangun Perez.
Kepindahannya ke Madrid otomatis membuat fans Barca gemas.
Di laga El Clasico pada 21 Oktober 2000, Figo menjadi incaran ejekan, seruan, dan sikap anarkis dari para Cules, sebutan untuk fans Barca.
Seruan pengkhianat, tentara bayaran, pecundang, hingga Judas disematkan fans pada winger Portugal yang punya dribel mumpuni itu.
Fans Barca melemparkan segala jenis benda ke lapangan saat Figo mengambil sepak pojok.
Mulai dari koin hingga botol minuman dilempar pada Figo.
Rekan setim Figo, Michel Salgado pun sampai enggan berdiri di pinggir lapangan karena takut terkena lemparan.
"Dua tiga kali sepak pojok saya menghampiri Luis Figo dan mengatakan: 'lupakan saja kawan. Semuanya keputusanmu'," jelas bek kanan Madrid saat itu mencoba menenangkan Figo, dikutip Bolasport dari SkySport.
"Saya sering menawarkan bantuan pada Luis untuk melakukan operan jarak dekat saat sepak pojok, tetapi tidak untuk yang ini."
"Segala amunisi menghujam dari tribun: koin, pisau, gelas wiski. Johnnie Walker, saya rasa. Atau J&B. Lebih baik menjauh. Sepak pojok pendek? Tidak, terima kasih," katanya menjelaskan situasi saat itu.
Salah satu momen paling diingat adalah saat kepala babi dilempar suporter garis keras Barca, Boixos Nois pada laga El Clasico pada 23 November 2002.
Terlepas dari segala polemik dengan mantan klub, Figo tetap menjalani kariernya dengan baik di Madrid.
Bersama Madrid selama lima musim, pemain yang paling dibenci Barcelonistas itu memboyong dua gelar La Liga, dua Supercopa Spanyol, dan masing-masing satu gelar Liga Champions, Piala super Eropa, dan Piala Kontinental (Piala Dunia Antarklub). (*)