Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Diego Armando Maradona, siapa sih pecinta sepak bola yang tak mengenalnya?
Segalanya dimiliki eks striker timnas Argentina, mulai dari prestasi hingga kontroversi.
Yang paling terkenal dari segala kontroversi yang ia miliki tentu golnya ke gawang timnas Inggris pada Piala Dunia 1986 di Meksiko.
Stadion Azteca menjadi saksi dari culasnya Maradona mencetak gol dengan colekan tangan.
Usai laga, dengan bangga Maradona menobatkan golnya sebagai "gol tangan Tuhan".
Gol tangan Tuhan memang berhasil dibayang-bayangi berkat aksi memukaunya di laga itu.
Setelah mencetak gol tangan Tuhan, Maradona mencetak satu gol lagi lewat solo run indah dari tengah lapangan melewati empat hadangan pemain Inggris.
Pesonanya di lapangan pun membuat dirinya dipuja bak Tuhan.
Tiga orang Argentina, Hector Campomar, Alejandro, Veron, dan Hernan Amez, membuat Iglesia Maradoniana yang berarti Gereja Maradona, tempat sakral untuk memuja legenda Albiceleste tersebut.
Meski begitu, kenyataannya Maradona bukanlah Tuhan, ia manusia biasa, dan sebagai manusia biasa jelas ia bisa sakit.
Maradona pernah merasakan sakit yang luar biasa pada 24 September 1983 kala membela tim besar Spanyol, Barcelona.
Melawan juara bertahan La Liga Spanyol Athletic Bilbao, kaki kiri sang megabintang dihajar tekel brutal lawannya, Andoni Goikoetxea, dari belakang.
Maradona pun tersungkur dengan pergelangan kaki yang patah.
Dalam buku "Maradona: The Hand of God" karya Jimmy Burns dijelaskan tekel yang dilakukan Goikoetxea merupakan yang terburuk dalam sejarah Liga Spanyol.
Pada media Jerman, Die Zeit, Maradona mengungkapkan bunyi patah kaki di bagian pergelangan kakinya sama seperti bunyi kayu yang patah.
Pemberitaan mengenai patah kaki Maradona pun meluas, begitu juga nama bek Bilbao, Andoni Goikoetxea.
Jurnalis Inggris, Edward Owen sampai-sampai menjuluki Goitkoetxea sebagai "Tukang Jagal Bilbao" pasca kejadian itu.
Julukan yang disematkan Owen pada Goitkoetxea itu pun tetap melekat hingga karier sang pemain berakhir.
Tiga bulan Maradona harus jauh dari lapangan pertandingan untuk memulihkan cederanya.
Dua musim pasca insiden itu, Goikoetxea kembali berulah saat bertemu Barcelona.
Gelandang asal Jerman Bernd Schuster menjadi korban dari kasarnya permainan bek pemilik 39 caps di timnas Spanyol itu.
Cederanya di bagian lututnya parah, membuat Schuster tak sepenuhnya sembuh dari cedera.
Saat kedua tim bertemu lagi di final Copa del Rey 1984, perseteruan kedua tim mencapai puncaknya.
Pertandingan yang dimenangkan Barcelona 1-0 diwarnai adu jotos kedua tim beserta fan yang berhamburan di lapangan pertandingan yang disaksikan raja Spanyol, Juan Carlos.
Sementara itu, Goikoetxea harus menerima ganjaran sepuluh larangan pertandingan yang diberikan Asosiasi Persepakbolaan Spanyol.
Dikutip BolaSport.com dari Guardian, Goikoetxa dilaporkan menendang dada Maradona.
Di balik kejadian itu, Goikoetxea dianggap terpancing oleh ejekan xenofobia (fobia terhadap orang asing) fan Bilbao untuk Maradona cs.
Hal itu semakin diperparah karena adanya provokasi dari rekan setimnya, Miguel Sola, saat pertandingan berakhir.
Sekali lagi Goikoetxa merasakan hukuman larangan pertandingan dari petinggi Liga Spanyol selama 7 laga.
Sama halnya dengan Maradona, Goikoetxea juga sarat prestasi meski kariernya dirudung kontroversi berkat permainannya yang kasar.
Tahun 1983 dan 1984 menjadi puncak karier pria kelahiran Alonsotegi, 23 Mei 1956.
Bilbao pernah diantarnya menjadi kampiun Liga Spanyol, ditambah menjuarai ajang Copa del Rey dan Piala Super Spanyol di tahun 1984
Di level internasional ia membawa La Furia Roja sebagai runner-up Piala Eropa di tahun yang sama.
Berkat pencapaian dan juga aksi kasarnya pada Maradona, surat kabar Inggris The Times memasukkan dirinya dalam daftar "hardest defender of all times".