Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Referendum Catalonia - Teriak Merdeka Makin Membahana, Barcelona di Ujung Dilema

By Senin, 2 Oktober 2017 | 14:33 WIB
Semakin banyak rakyat Catalonia meneriakkan merdeka dari Spanyol. Menurut klaim pro-referendum, 90 persen rakyat Catalonia menghendaki merdeka. (youtube)

Referendum Catalonia yang direspons dengan kekerasan oleh pemerintah Spanyol, semakin membuat tensi meninggi.

Sejak lama, wilayah Catalonia memang merasa bukan bagian dari Spanyol.

Suara-suara untuk merdeka sering muncul, bahkan kampanye merdeka juga kerap mewarnai laga Barcelona.

Klub sepak bola Barcelona pun seolah menjadi simbol aspirasi Catalonia.

Apalagi, motto klub mengesankan hal itu, yakni "Més que un club" yang artinya Barcelona bukan sekadar klub.

Dan, 1 Oktober 2017, Catalonia menggelar referendum.

(BACA JUGA: Barcelona Vs Las Palmas - Cucuran Air Mata Catalonia Ditingkah Nyanyian Sunyi di Camp Nou yang Menyayat Hati)

Meski dianggap ilegal oleh pemerintah Spanyol, namun referendum tetap jalan dengan 2.300 kotak suara.

Namun, pemerintah Spanyol mengirim polisi dalam jumlah besar ke Catalonia untuk mencegah referendum.

Sebanyak 319 kotak suara ditutup hingga menimbulkan protes besar.

Polisi lalu merespons dengan pentungan dan peluru karet, hingga ratusan orang terluka.

Polisi Catalonia pun di bawah perintah polisi dari Madrid dan harus melakukan instruksi yang sama.

Tak jarang banyak polisi Catalonia yang menangis, karena harus bentrok dengan warganya sendiri.


Polisi Catalonia menangis karena harus ikut instruksi polisi Madrid dalam mengatasi gerakan pro-referendum hingga terjadi kekerasan.(Twitter/@Boris Llona)

Serangkaian kekerasan itu, menurut analis BBC di Barcelona, Tom Burridge, justru membuat teriakan merdeka di Catalonia makin membahana.

Pemerintah Catalonia mengklaim, 90 persen pemilih dalam referendum menghendaki merdeka.

Dilema Barcelona

Barcelona FC sebagai klub sepak bola pun merespons kekerasan itu dan sempat meminta laga lawan Las Palmas, Minggu (1/10/2017) ditunda.

Namun, La Liga menolaknya dan mengancam akan memberi sanksi jika laga itu tak dilaksanakan.

Barcelona akhirnya bermain tanpa penonton sebagai bentuk protes.

Meski menang 3-0, namun tampak kesedihan menghinggapi Barcelona.

Bahkan, defender Gerard Pique, sampai menangis karena aksi kekerasan di Catalonia.


Bek FC Barcelona, Gerard Pique, mengatakan rela kalau didepak dari tim nasional Spanyol karena mendukung kemerdekaan Catalunya dari kerajaan Spanyol.(Dok. Marca)

(BACA JUGA: Ini 4 Ungkapan Kesedihan Gerard Pique di Hari Referendum Catalunya, Salah Satunya Rela Pensiun dari Timnas Spanyol)

Jika teriakan merdeka terus membahana dan perjuangan untuk mewujudkannya makin kuat, maka jelas akan berimbas kepada Barcelona.

Aakan ada titik di mana Barcelona berada pada dilema, antara tetap ikut kompetisi sepak bola Spanyol atau ikut membentuk liga sendiri di Catalonia.

Tetap mengikuti Liga Spanyol jelas akan menghadapi berbagai kesulitan, apalagi jika warga Catalonia kemudian memprotes.

Apalagi, sejak awal Barcelona sudah menekankan sebagai institusi yang lebih dari sekadar klub.

Tekanan kepada Barcelona di Liga Spanyol juga bisa semakin kuat.

Namun, jika ikut berjuang membentuk liga sendiri di Catalonia, maka harus membangun dari awal.

Belum lagi, berbagai kontrak sponsor sudah pasti akan berantakan.

Status Barcelona dalam agenda sepak bola internasional juga belum tentu diakui.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P