Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Setelah mampu mengatasi krisis kepergian Neymar musim panas lalu, lagi-lagi Barcelona ditimpa situasi pelik.
Situasi ini adalah soal referendum Catalunya dan masa depan tak pasti Barcelona FC.
Barcelona FC yang bermarkas di ibukota Catalunya terancam meninggalkan La Liga jika region tersebut berhasil memisahkan diri.
Meski sepak bola tak boleh dicampuradukkan dengan politik, nyatanya Barcelona FC justru berada di pusat kisruh politik di Spanyol ini.
Situasi semakin sulit karena sudah menjadi rahasia umum Barcelona tak begitu akur dengan presiden La Liga, Javier Tebas.
Berikut 5 perseteruan panas Barcelona dengan Javier Tebas:
1. Tebas tidak netral sebagai Presiden La Liga
Tebas merupakan penggemar berat Real Madrid dan sama sekali tak ragu-ragu untuk menunjukkan fanatismenya pada klub asuhan Zinedine Zidane tersebut.
Semtara itu, Barcelona merasa tak senang jika La Liga dipimpin oleh orang yang menampakkan kegemarannya pada salah satu klub secara terang-terangan.
2. Dilempari botol supporter Valencia, Tebas justru kritik pemain Barcelona
Setahun sebelumnya Tebas sempat mengkritik pemain Barcelona setelah pertandingan kontra Valencia.
Padahal pada laga tersebut Neymar dan Luis Suarez justru terkena lemparan botol dari suporter Valencia yang saat itu menjadi tuan rumah.
Sikap Tebas ini membuat Barca murka dan menuntut adanya penyilidikan bagi Presiden La Liga ini.
Pasca kejadian tersebut Tebas mencoba memperbaiki hubungan dengan mempertanyakan struktur keuangan Paris Saint-Germain dan Manchester City pasca pembelian gila-gilaan mereka di bursa transfer.
Namun hubungan antara Tebas dan Barca kembali memanas pasca parlemen Catalunya mengumumkan keinginan untuk mengadakan referendum kemerdekaan pada Minggu, (1/10/2017).
3. Sikap politik yang bersebrangan atas referendum Catalunya
Beberapa hari sebelum referendum, Tebas tak lagi berusaha menyembunyikan pendapat politisnya.
Tebas mengganti foto profil Twitternya menjadi gambar sebuah bendera Spanyol dan sebuah bendera Catalan digabungkan menjadi bentuk hati.
Barcelona juga tak malu-malu menyatakan pendapatnya atas referendum tersebut.
Ketika pemerintah Spanyol memerintahkan adanya tindakan tegas untuk mencegah pemungutan suara berlangsung, termasuk penangkapan beberapa pejabat tinggi Catalan dan perampasan jutaan lembar suara dari sebuah gudang, Barcelona merespon kejadian ini dengan tegas.
"FC Barcelona, tetap setia pada komitmen historisnya untuk membela negara, demokrasi, kebebasan berbicara, dan penentuan nasib sendiri, mengecam tindakan yang dapat menghalangi pelaksanaan hak-hak ini," kata klub tersebut.
"Oleh karena itu, FC Barcelona secara terbuka mengungkapkan dukungannya untuk semua orang, entitas, dan institusi yang bekerja untuk menjamin hak-hak ini. FC Barcelona, yang sangat menghormati anggota-anggotanya yang beragam, akan terus mendukung kehendak mayoritas warga Catalan, dan akan melakukannya dengan cara tertib, damai dan teladan."
4. Tebas tolak penundaan laga meski situasi kemaanan tak kondusif
Puncak gesekan ini adalah pada Minggu, (1/10/2017) ketika Barca meminta penundaan pertandingan melawan Las Palmas yang rencananya akan diselenggarakan hari itu.
Barca meminta adanya penundaan sebab situasi keamanan di Catalunya kurang kondusif di hari pemungutan refendum kemerdekaan.
Namun Tebas dengan tegas menolak, mengancam akan mengurangi 6 poin Barcelona jika pertandingan tersebut ditunda.
5. Keputusan kontroversial yang bernuansa provokasi
Tebas juga memberikan ijin kontroversial bagi Las Palmas untuk memasang bendera Spanyol di seragam klub mereka yang melambangkan dukungan bagi kesatuan Spanyol dan secara tak langsung menentang referendum kemerdekaan Catalunya.
Padahal Tebas mengetahui bahwa isu tersebut merupakan isu yang sangat sensitif.
Puncaknya, Barcelona menyelenggarakan pertandingan tanpa penonton sebagai bentuk protes.
Pertandingan ini pun dimenangkan Barca dengan skor 3-0.