Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

5 Pemain Top yang Gagal Bersinar di Liga Spanyol, Salah Satunya Sosok Andalan Manchester United

By Taufan Bara Mukti - Senin, 16 Oktober 2017 | 16:40 WIB
Para pemain Manchester United merayakan gol Antonio Valencia (kiri) ke gawang Everton pada laga Liga Inggris di Old Trafford, Manchester, Minggu (17/9/2017). (OLI SCARFF/AFP)

Liga Spanyol tak semudah liga lainnya, terbukti dari pemain-pemain bintang yang gagal bersinar di sana.

Tidak bisa dimungkiri bahwa Liga Spanyol adalah salah satu dari kompetisi terbaik di Eropa.

Pemain yang bersinar di Negeri Matador semakin besar peluangnya untuk bermain di klub yang lebih besar.

Namun, rencana tersebut tak semudah kelihatannya.

Beberapa pemain tidak bisa beradaptasi dengan baik di Spanyol sebelum akhirnya memutuskan untuk hengkang dan mendapatkan kemampuan terbaik di liga lain.

(Baca Juga: Choirul Huda dan Para Pesepak Bola Nasional yang Meninggal Dunia Setelah Beraksi di Lapangan)

Sebagai contoh, eks winger Manchester United, Luis Nani, gagal bersinar bersama Valencia hingga harus dipinjamkan ke Lazio.

Kompatriot Nani di timnas Portugal, Ricardo Quaresma, pun bernasib serupa.

Masa keemasan Quaresma terjadi saat ia bermain di Porto.

Namun sebelum mencicipi karier manis di Porto, ia sempat terseok-seok saat berseragam Barcelona dari 2003 hingga 2004.

Ia hanya bermain 22 kali dan mencetak satu gol.

Selain Nani dan Quaresma, inilah lima pemain bintang yang gagal bersinar di Liga Spanyol:

Nuri Sahin (Real Madrid)

Nuri Sahin menjadi komponen penting dalam permainan Borussia Dortmund di bawah asuhan Juergen Klopp.

Kemampuannya mencari ruang dan membuat umpan-umpan terobosan dari lini kedua menjadi senjata yang dimanfaatkan oleh Klopp.

Real Madrid pun tertarik memboyong gelandang asal Turki itu ke Santiago Bernabeu pada 2011.

Namun nahas bagi Sahin, ia kerap dibekap cedera ketika bermain di ibu kota Spanyol tersebut.

Alhasil, ia pun hanya bermain selama empat kali sebelum dipinjamkan ke Liverpool dan Borussia Dortmund.

Sahin kembali ke pelukan mantan alias Dortmund pada 2014.

Di bawah penanganan Peter Bosz, ia kembali menjadi tulang punggung tim di lini tengah.


Aksi selebrasi gelandang Borussia Dortmund, Nuri Sahin (kanan), bersama Robert Lewandowski usai merayakan gol ke gawang FC Koeln dalam duel Bundesliga, 15 Oktober 2010.(PATRIK STOLLARZ / AFP)

Suso (Almeria)

ungguh ironis ketika pemain asli tanah Spanyol justru tampil melempem ketika bermain di liganya sendiri.

Suso direkrut Liverpool pada 2012 sebagai pemain muda yang digadang-gadang memiliki prospek cerah.

Ia dipinjamkan ke klub Spanyol, Almeria, untuk menambah jam terbang di tim senior.

Namun, Suso kurang disiplin ketika bermain di Liga Spanyol.

Ia kerap berurusan dengan masalah kedisiplinan, salah satunya mangkir latihan karena ketiduran.

Karena hal tersebut, ia pun lebih banyak duduk di bangku cadangan dan jarang mendapat kesempatan bermain hingga kembali ke Liverpool.

Nasib pemain berusia 23 tahun itu tak berubah ketika kembali ke Liga Inggris.

AC Milan datang sebagai penyelamat karier Suso.

Tim beralias Rossoneri menebus Suso dari Liverpool pada 2014 dengan nilai transfer 1,3 juta euro (kini setara Rp 20,6 miliar).

Suso sempat dipinjamkan selama semusim ke Genoa sebelum akhirnya memegang peranan vital di AC Milan.

Meski berposisi sebagai gelandang serang, Suso tampil memikat ketika ditempatkan sebagai penyerang.


Gelandang AC Milan, Suso, merayakan gol yang dia cetak ke gawang Empoli dalam laga Serie A di Stadion Carlo Castellani, Empoli, Italia, 26 November 2016.(MARCO BERTORELLO/AFP)

Fabinho (Real Madrid)

Sama halnya dengan Nuri Sahin, Fabinho juga gagal bersinar ketika berseragam Real Madrid.

Fabinho dipinjam oleh Real Madrid dari Rio Ave pada 2013.

Namun, ia hanya mendapat satu kesempatan bermain di tim senior dan 30 kali di Real Madrid B.

Los Blancos pun enggan memperpanjang masa peminjaman Fabinho dan mengembalikannya ke Rio Ave.

Klub Liga Prancis, AS Monaco, tertarik mendatangkan pemain berusia 23 tahun itu.

Monaco sempat meminjam Fabinho selama dua musim sebelum akhirnya mempermanenkannya pada 2015.

Di Monaco, karier Fabinho meroket, terbukti dari banyaknya tim raksasa eropa yang tertarik padanya.

Dua tim besar Liga Inggris, Manchester United dan Chelsea, dikabarkan menjadi yang paling gencar memburu Fabinho.

Fabinho juga mendapat kesempatan membela timnas Brasil pada 2015.


Gelandang bertahan AS Monaco, Fabinho, mencetak gol penalti ke gawang Guingamp pada partai lanjutan Ligue 1 di Stade Louis II, 12 Agustus 2016.(FRANCK PENNANT/AFP)

Ciro Immobile (Sevilla)

Permainan fantastis Ciro Immobile di Lazio ternyata berawal dari masa-masa kelam bermain di Spanyol.

Ia sempat mencicipi liga di Negeri Matador pada 2015-2016 bersama Sevilla.

Setelah membela Borussia Dortmund, Immobile dipinjam oleh Sevilla setengah musim dan dipermanenkan pada akhir musim yang sama.

Namun, ia tak menunjukkan performa terakhir dan hanya mampu tampil delapan kali dan mencetak dua gol.

Nasibnya berubah ketika ia pindah ke Lazio pada 2016.

Ia menjadi pemain kunci dan tampil sangat tajam di sana.

Musim 2017-2018, Immobile berhasil mencetak 11 gol dari 8 pertandingan Lazio di Liga Italia.

Secara keseluruhan, ia telah mencetak 34 gol hanya dalam 44 pertandingan Biancoceleste.

Dengan torehan seperti itu, tak mengherankan jika saat ini satu tempat di posisi penyerang timnas Italia menjadi milik pemain berusia 27 tahun tersebut.


Aksi striker Lazio, Ciro Immobile, merayakan gol ke gawang AC Milan dalam partai Liga Italia di Stadion Olimpico, Roma, 10 September 2017.(VINCENZO PINTO / AFP)

Antonio Valencia (Villareal & Recreativo Huelva)

Salah satu kapten Manchester United ini memiliki periode kelam ketika bermain di Liga Spanyol bersama Villareal dan Recreativo Huelva.

Antonio Valencia memulai karier seniornya di El Nacional sebelum berlabuh ke Villareal pada 2005-2008.

Namun, bersama Villarreal, nasib pemain asal Ekuador itu tak sesuai dengan ekspektasi.

Ia hanya dimainkan dalam dua pertandingan tim berjulukan Yellow Submarine sebelum akhirnya dipinjamkan ke Recreativo.

Kariernya sedikit membaik ketika dipinjamkan Villareal ke Wigan Athletic pada 2006.

Karena penampilannya yang membaik itulah, Wigan bersedia mempermanenkan pemain berusia 32 tahun tersebut.

Wigan menjadi batu loncatan bagi Valencia untuk bergabung dengan Manchester United pada 2009.

Hingga saat ini, Valencia menjadi salah satu pemain yang tak tergantikan di sisi kanan.

Berposisi asli sebagai gelandang sayap kanan, Valencia belakangan lebih sering dimainkan di bek kanan.

Perpindahan posisi tersebut mampu dilalui dengan baik oleh Valencia yang didapuk menjadi kapten menggantikan Wayne Rooney.


Para pemain Manchester United merayakan gol Antonio Valencia (kanan) ke gawang Everton pada pertandingan Liga Inggris di Old Trafford, Minggu (17/9/2017).(OLI SCARFF/AFP)

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P