Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Barcelona Khianati Johan Cruyff demi Bebaskan Lionel Messi dari Penjara

By Anju Christian Silaban - Senin, 30 Oktober 2017 | 06:06 WIB
Pemain FC Barcelona, Gerard Deulofeu (kanan), merayakan golnya bersama Lionel Messi dalam laga Liga Spanyol kontra Malaga di Stadion Camp Nou, Barcelona, pada 21 Oktober 2017. (JOSEP LAGO/AFP)

Dalam buku otobiografinya berjudul "My Turn", Johan Cruyff sempat menyusun tim impian dengan formasi 3-4-3 atau 4-3-3.

Formasi itu pula yang menjadi dasar Barcelona dalam mengadaptasi filosofi Cruyffisme.

Mulai dari Josep Guardiola, Tito Vilanova, Gerardo Martino, hingga Luis Enrique, konsep tersebut tidak berubah.

Itu didukung oleh Cruyff ketika meluncurkan buku berjudul "Football: My Philosophy" pada November 2012.

"Saya menyukai konsep tiga penyerang Barcelona, satu di antaranya seorang striker murni untuk mencetak gol. Dengan cara itu, Barcelona bisa mencetak banyak gol," kata Cruyff seperti dilansir BolaSport.com dari Marca.

(Baca juga: Catalonia Merdeka, El Clasico Terancam Batal)

Tiba di Camp Nou pada musim panas 2017, Ernesto Valverde yang sempat diasuh Cruyff ketika membela Barcelona, mengusung gagasan serupa.

Kebetulan pula, dia mengandalkan 4-2-3-1, turunan dari 4-3-3, semasa membesut Athletic Bilbao.

Maka itu, Valverde mendorong manajemen memburu Philippe Coutinho dan Ousmane Dembele sebagai kepingan puzzle pelengkap trisula lini depan sepeninggalan Neymar.

 

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on

Dengan susunan puzzle yang sudah komplet, sang juru taktik menerapkan sistem 4-3-3 dalam empat dari lima partai perdana musim ini.

Cuma, Dembele cedera sehingga harus istirahat dalam kurun panjang.

Trisula pun pincang dan Valverde membutuhkan plan cadangan karena tak ada penyerang kiri dengan kualitas sepadan.

Mulailah Valverde mengkhianati ajaran sang guru.

Formasi 4-4-2 menghiasi laga-laga Barcelona setelah Dembele cedera.

Ivan Rakitic dan Andre Gomes mengisi kedua sisi sayap.

Sementara itu, Lionel Messi dan Luis Suarez berdiri sejajar di depan.

Praktiknya, Messi lebih dinamis dan tak melulu bergerak dari sisi kanan, sedangkan Suarez agak statis mendekati kotak penalti.

(Baca Juga: Pantas Pep Guardiola Mengeluh, Bola Piala Liga Inggris Lebih Murah daripada Liga 1 Indonesia)

Konsep ini membuat Messi lebih "buas".

Bandingkan saja statistik Messi ketika Barcelona bermain dengan formasi 4-3-3 dengan 4-4-2.

Mengintegrasikan diri dengan trisula dalam empat laga, Messi cuma mencetak empat gol.

Berdiri bebas dengan 4-4-2 dalam sebelas partai, sang bintang merangkum sebelas gol dan lima assist.

Artinya, jiwa melayani dari pemain beralias La Pulga lebih menonjol.

Bahkan, jumlah tersebut bisa bertambah andai sepuluh upaya Messi di Liga Spanyol tidak menghantam tiang gawang.


Statistik tembakan Lionel Messi dalam sepuluh laga pertama Liga Spanyol 2017-2018.(SQUAWKA)

Salah satu bukti kebebasan Messi adalah laga kontra Athletic Bilbao di San Mames, Minggu (29/10/2017) dini hari WIB.

Messi tidak cuma menyumbangkan satu dari dua gol La Blaugrana, julukan klubnya, tetapi juga menorehkan sejumlah statistik impresif.

Di luar golnya, dia melepaskan empat tembakan, satu di antaranya mengenai tiang.

Messi juga sukses melewati lawan sebanyak lima kali dari delapan percobaan.

Atas dasar itu, Valverde sempat berkata setelah laga, "Kami beruntung karena memiliki pemain terbaik dunia seperti Messi."

Messi pun patut berterima kasih kepada Valverde, yang membebaskan dirinya dari "penjara" trisula ajaran Cruyff.

 

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P