Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pindah dari Manchester United ke Real Madrid pada 11 Juni 2009, Cristiano Ronaldo dinobatkan menjadi pesepak bola termahal tahun itu.
Madrid saat itu rela merogoh kocek sebesar 80 juta poundsterling (Rp 1,3 triliun) demi Ronaldo yang bersinar di MU saat dipoles pelatih Sir Alex Ferguson.
Meneken kontrak selama enam tahun, Madrid membayar Ronaldo setiap pekannya dengan bayaran 183 ribu poundsterling atau setara dengan Rp 3,4 miliar.
Bergelimang harta bak sultan tentu menjadikan hidup Ronaldo bertambah mewah sejak membela tim ibukota Spanyol.
Pamer mobil atau gandengan baru menjadi hal biasa di kehidupan pria kelahiran Madeira, Portugal.
Punya harta berlebih plus menjadi sosok pujaan juga membuat sikap dermanya muncul untuk orang-orang yang membutuhkan uluran tangan.
Namun namanya manusia biasa, adakalanya sifat sombong dari diri Ronaldo keluar.
Terjadi pada tujuh tahun lalu, tepatnya saat Madrid bermain tandang melawan Osasuna pada 30 Januari 2011 dalam laga lanjutan Liga Spanyol pekan ke-21.
(Baca Juga: Sejarah Hari Ini, Wasit Gemulai Brasil Wafat)
Bermain di Stadion El Sadar markas Osasuna, Madrid tampil mendominasi namun menyerang tanpa hasil di babak pertama.
Publik El Sadar yang tahu timnya di atas kertas kurang dijagokan memberikan 'bantuan' dengan mengganggu Ronaldo sebagai penggerak serangan Madrid.
Segala benda dilemparkan ke atas lapangan saat Ronaldo beraksi, tak lupa teriakan berisi ejekan.
Ronaldo pun panas atas perilaku fan Osasuna, dan di saat berjalan keluar lapangan ia sempat berargumen dengan striker Osasuna, Walter Pandiani.
Tak jelas apa yang mereka ucapkan, tetapi usai laga pada media Pandiani menceritakan sikap arogan Ronaldo.
Menurut Pandiani, Ronaldo saat itu menanyakan kalimat bernada sinis: "Berapa sih gajimu?".
Kenyataannya Ronaldo memang bergaji lebih besar dari Pandiani, dan hal yang menjadi sensitif itu tentu membuat hati Pandiani terluka.
Pandiani pun merasa Ronaldo yang gagal mempersembahkan gelar bagi Madrid di tahun pertamanya sudah terlalu sombong.
"Anda harus lebih sederhana dan rendah hati. Saat ia memenangkan Piala Super Spanyol dan Copa del Rey dan gelar-gelar yang saya menangkan, mungkin saya akan mendengarkan kata-katanya. Di lapangan saya cukup dihormati," ungkap Pandiani.
Pandiani juga menyarankan Ronaldo semestinya bisa meniru perilaku bintang Barcelona, Lionel Messi.
"Cristiano harus belajar dari Lionel Messi, dan menanggalkan sikap arogannya," kata Pandiani menyarankan.
"Ia sendiri yang menciptakan semua masalah, setiap pekan, dan itu wajib dihukum."
"Sebagai pesepak bola ia fenomena, tetapi mungkin ia sudah kehilangan akal sehat."
(Baca Juga: Sejarah Hari Ini - Mengenang Giorgio Chinaglia, Simbol Lazio yang Disangka Santo oleh Putri Donald Trump)
Beberapa pekan berselang Pandiani kembali menceritakan uneg-unegnya pada Com Radio.
Mantan penyerang timnas Uruguay mengklaim dirinya bisa saja merontokkan gigi Ronaldo tetapi ia takut diganjar hukuman.
"Saya bisa saja melakukan hal lain di situasi yang berbeda."
"Tetapi saya mencintai sepak bola dan masih ingin tetap bermain."
"Ejekan itu mengganggu saya, karena apa yang ia katakan sangat menyakitkan."
"Hanya ingin bilang, di negara saya mungkin dengan sikap seperti itu (Ronaldo) harus berjanjian dengan dokter gigi," kata Pandiani.
Pada laga yang dihujani sebelas kartu kuning (8 untuk Osasuna, 3 untuk Madrid), Madrid yang dilatih Jose Mourinho kalah 0-1 atas tuan rumah.
Gol Osasuna dicetak oleh Camunas pada menit 62'.
Di musim itu juga Ronaldo dkk gagal meraih gelar Liga Spanyol karena terpaut empat angka dari tim juara Barcelona.