Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pertemuan antara Liverpool dan Manchester United pada perempat final Liga Champions bukan partai perdana yang mempertemukan sesama tim Inggris. Berikut 6 pertemuan di antaranya.
1. Liverpool 1-0 Chelsea (leg dua semifinal, Mei 2005)
Laga ini merupakan hidup mati untuk kedua tim setelah mereka seri 0-0 pada laga pertama di Stamford Bridge.
Luis Garcia yang kemudian jadi pahlawan Liverpool lewat golnya.
Namun, kemenangan Liverpool tidak lepas dari kontroversi karena munculnya keraguan bahwa bola sepakan Garcia sudah benar-benar melewati garis gawang atau belum.
Toh, gol tersebut dianggap sah karena wasit dan hakim garis berpendapat demikian.
Pelatih Chelsea, Jose Mourinho, tidak bisa melupakan kejadian tersebut.
"Itu gol dari bulan. Liverpool mencetak gol karena hakim garis mengatakan hal demikian. Semoga mereka memenangi Liga Champions," kata Mourinho.
Omongan Mourinho jadi nyata karena Liverpool juara setelah mengalahkan AC Milan pada babak final.
2. Manchester United 1-1 Chelsea (6-5 adu penalti, final Liga Champions Mei 2008)
Pertandingan all English final d Liga Champions mempertemukan Manchester United dan Chelsea.
Laga di Moskwa, Rusia, itu berakhir 1-1 pada waktu normal dan perpanjangan waktu.
Kedua tim pun harus menentukan pemenang via adu penalti.
Momen ini pun jadi sejarah kelam di karier eks kapten Chelsea, John Terry.
Dia terpeleset saat maju menjadi penendang keenam Chelsea.
Kegagalan Terry membangkitkan semangat Manchester United yang kemudian menuntaskan perlawanan Chelsea lewat babak tos-tosan.
3. Arsenal 1-2 Chelsea (leg kedua perempat final, April 2004)
Langkah Arsenal di Liga Champions pada musim 2003-2004 seperti berbanding terbalik dengan kiprah di Liga Inggris.
Jika di Liga Inggris Arsenal tak terkalahkan, mereka justru tersingkir pada babak perempat final Liga Champions oleh rival enegara.
Kedua tim bermain imbang 1-1 pada leg pertama di Stamford Bridge sehingga laga harus ditentukan di leg kedua.
Nasib tadinya sudah akan berpihak ke Arsenal setelah Jose Antonio Reyes membawa mereka unggul.
Apes bagi skuat Arsene Wenger, Frank Lampard menyamakan kedudukan menjadi sebelum Wayne Bridge menjadi pahlawan The Blues via tandukan menit ke-87.
4. Chelsea 4-4 Liverpool (leg kedua perempat final Liga Champions, April 2009)
Pertandingan ini menandai pertemuan kelima kedua tim di Liga Champions, sekaligus dengan skor tertinggi yang terjadi sejak 1946.
Chelsea menang 3-1 pada leg pertama, tetapi Liverpool menolak menyerah begitu saja.
Pada leg kedua, Chelsea juga sepertinya akan menang setelah Didier Drogba, Alex dan Lampard membalas gol-gol Fabio Aurelio dan Xabi Alonso.
Namun, Lucas Leiva dan Dirk Kuyt kembali membawa Liverpool mengejar agregat menjadi 6-5.
Lampard-lah yang muncul sebagai penyelamat pada menit ke-89.
Skor menjadi 4-4 dan Chelsea lolos dengan agregat 7-5.
5. Liverpool 4-2 (leg kedua perempat final Liga Champions, April 2008)
Laga ini kembali jadi contoh kesialan Arsenal di pentas Eropa. Setelah bermain 1-1 pada leg pertama, Arsenal langsung tancap gas di leg kedua.
Abou Diaby membawa Arsenal unggul lebih dulu, tetapi Sami Hyypia dan Fernando Torres membawa Liverpool berbalik memimpin.
Emmanuel Adebayor membuat Arsenal menyamakan kedudukan menjadi 2-2 pada menit ke-84.
Arsenal sebenarnya hanya butuh 1 gol lagi untuk bisa lolos dengan keunggulan agregat gol tandang.
Apa daya, justru Liverpool yang mencetak gol via Ryan Babel pada menit ke-90.
6. Arsenal 1-3 Manchester United (leg kedua semifinal Liga Champions, Mei 2009)
Lagi-lagi contoh Arsenal yang selalu apes di Eropa.
Manchester United bahkan bisa dibilang sudah memastikan kemenangan hanya dalam waktu 11 menit.
Park Ji-sung membawa Manchester United unggul 1-0, sebelum Cristiano Ronaldo menggandakan keunggulan 3 menit kemudian.
Ronaldo menambah gol keduanya pada babak kedua dan membuat Arsenal tertinggal 0-4 secara agregat.
Gol Robin Van Persie lewat titik penalti tidak lebih dari hadiah hiburan bagi The Gunners.