Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Suriah Vs Australia - Letupan Sejarah dari Kecamuk Perang, Peluru-peluru Itu untuk Siapa

By Jumat, 6 Oktober 2017 | 18:33 WIB
Pemain timnas Suriah merayakan hasil imbang 2-2 yang diraih atas Iran pada Selasa (5/9/2017). (ATTA KENARE/AFP)

Sukses Suriah melaju ke babak play-off kualifikasi Piala Dunia 2018 merupakan kejutan besar.

Sejarah sepak bola Suriah naik turun dan tak pernah tampil di putaran final Piala Dunia.

Tiba-tiba, mereka sudah mengintip gelaran Piala Dunia 2018 di Rusia.

Suriah membuat kejutan sejak di putaran ke-4.

Sukses mereka menahan Iran 2-2 membuat Suriah mendapat tiket play-off melawan Australia.

Pada leg pertama tampil di kandang pinjaman di Stadion Hang Jebat, Malaka, Malaysia, Suriah berhasil menahan Australia 1-1.

(BACA JUGA: Timnas Suriah Bertekad Lolos ke Piala Dunia 2018 demi Rakyat Negaranya)


Penyerang Suriah, Omar Al Somah, memenangi perebutan bola udara di depan gawang Australia dalam laga play-off Piala Dunia 2018 di Stadion Hang Jebat, Malaysia, Kamis (5/10/2017) malam WIB.(MOHD RASFAN / AFP)

Bukan tak mungkin Suriah akan membuat kejutan di leg kedua, meski tampil di kandang Australia.

Mereka cukup menang 1-0 atau seri 2-2 untuk ke play-off terakhir lawan urutan ke-4 Zona CONCACAF demi memperebutkan tiket ke Rusia.

Bagi Suriah, kandang atau tandang sudah tak ada bedanya.

Sebab, kandang mereka di Aleppo hancur lebur oleh perang hingga mereka meminjam kandang kepada Malaysia.

Enam tahun sudah, perang saudara berkecamuk di negeri itu.

Semakin parah, karena pihak luar juga mulai ikut campur.

Suriah pun hancur, beraroma darah dan kematian.

(BACA JUGA: Timnas Suriah Siap Ladeni Australia di Babak Play-off Piala Dunia 2018)

Namun, di tengah situasi seperti itu, mereka masih memiliki tim sepak bola yang hebat dan mampu memberi mimpi ke putaran final Piala Dunia 2018 di Rusia.

Prestasi mereka dianggap membawa secercah kebahagiaan untuk dirayakan di tengah kecamuk perang.

Sepak bola dinilai akan mempersatukan bangsa Suriah yang terbelah.

Perang di Suriah memang soal pertarungan dua kubu.

Satu kubu penguasa di bawah Basher al-Assad, dan kubu oposisi.

Namun, perang itu meluas dengan berbagai kepentingan dan melibatkan kekuatan asing, baik Rusia maupun Amerika.

Bahkan, campur tangan ISIS menambah rumit perang di negeri itu.

Kecurigaan demi kecurigaan terus muncul seputar prestasi sepak bola mereka.

Anggota Dewan Niaga dan Industri Australia-Arab (AACCI), Dr Fional Hill, dikutip BolaSport.com dari The New Daily mengatakan, negeri itu tetap terbelah.

(BACA JUGA: Pemain Kejutan Suriah Vs Australia, Salah Satunya Zlatan Ibrahimovic dari Arabia)

"Memang ada yang merayakan (kesuksesan timnas Suriah), tapi mereka yang anti-pemerintah justru marah," katanya.

"Kubu oposisi menilai pemerintah yang berkuasa sedang berusaha memanfaatkan sepak bola untuk membuat kesan bahwa situasi di Suriah sudah normal dan segalanya sudah baik," tambahnya.

Apalagi, Basher al-Assad didukung oleh pemerintah Rusia yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018.

Bias politik makin tinggi, bahkan posisi Rusia sebagai tuan rumah dan pendukung Basher al-Assad, bisa dianggap ikut membantu tim sepak bola Suriah untuk bisa ke Piala Dunia 2018.

Letupan sejarah

Memang perjalanan timnas Suriah ibarat letupan sejarah sepak bola mereka.

Suriah pertama kali mengikuti kualifikasi Piala Dunia 1950.

Mereka hampir lolos ke putaran final Piala Dunia 1986 di Meksiko.

Namun, selebihnya mereka sering tak ikut maupun tersingkir sejak awal, atau terdiskualifikasi.

Pada kualifikasi Piala Dunia 2010, mereka didiskualifikasi karena menggunakan pemain tak sah saat melawan Tajikistan.

Lalu, negara mereka hancur, tapi justru tiba-tiba timnas mereka memberi harapan ke Piala Dunia 2018.

Perjalanan tim asuhan Ayman Hakeem ini memang seperti letupan sejarah yang bisa sempurna jika sukses ke putaran final Piala Dunia.

Namun, menilai sepak bola akan menjadi pemersatu bangsa dan mengakhiri perang terlalu dini.

Sebab, oposisi masih menganggap ini bagian dari kampanye politik Basher al-Assad.

Lalu, akankah perang terus berkecamuk di Suriah?

Sepak bola seharusnya nir politik dan bisa menjadi pesan perdamaian.


Timnas Suriah pada laga melawan Timnas Iran di Kualifikasi Piala Dunia 2018, Rabu (6/9/2017)(twitter.com/TrollFootball)

Sepak bola seharusnya membawa nilai-nilai kemanusiaan.

Tak seharusnya sepak bola ditarik ke wilayah politik atau bahkan dimanfaatkan.

Sampai hari ini, peluru-peluru masih sering berseliweran di Suriah karena perbedaan pendapat dan kepentingan.

Entah sudah peluru yang keberapa melesat.

Yang pasti, perang sejak 2011 telah menewaskan lebih dari 250 ribu orang dan memaksa lebih dari 8 juta orang mengungsi.

Lalu, sebenarnya peluru-peluru itu untuk apa dan untuk siapa?

Jika memang peluru-peluru itu akhirnya mengakibatkan kematian dan cucuran darah serta air mata di mana-mana, itu atas nama dan kepentingan apa?

Lepas dari segala kepentingan, semoga letupan sejarah sepak bola Suriah memberi makna.

Biarlah sepak bola yang menjadi peluru-peluru menebar persatuan dan kemanusiaan.

Biarlah sepak bola mengubah peluru-peluru itu menjadi bunga, agar moncong-moncong senjata menebar keharuman.

Tak perlu lagi ada peluru yang menyalak dan menebar kerusakan dan kematian.

Cukup bunga-bunga sepak bola yang membawa pesan kemanusiaan dan persaudaraan yang terhambur dari segala moncong senjata.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P