Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Badai tengah menghantam persepakbolaan Malaysia menyusul kekalahan demi kekalahan timnasnya bersama pelatih Nelo Vingada.
Legenda dan pengamat sepak bola Malaysia mendesak Nelo Vingada dipecat setelah kalah 4-1 dua kali beruntun dari Korea Utara dalam Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Asia 2019.
Hasil buruk itu membuat Malaysia tersingkir, meski masih ada satu laga melawan Lebanon pada 27 Maret 2018.
Legenda sepak bola Malaysia Datuk Santokh Singh mendesak Nelo Vingada untuk mundur sebagai bentuk permohonan maaf kepada para penggemar Malaysia.
Santokh merasa terkejut kenapa Vingada belum dipecat setelah gagal membawa Timnas Malaysia meraih satu kemenangan pun.
Dalam tujuh laga terakhirnya sejak menjadi pelatih enam bulan lalu, tepatnya 15 Mei 2017, Malaysia kebanyakan kalah.
"Menurut saya, kami adalah satu dari sedikit tim di dunia yang masih mempertahankan pelatih, meski belum pernah menang dalam tujug pertandingan."
"Negara lain pasti sudah lama berubah (pelatih)," tegas Santokh.
"Mungkin karena pelatihnya orang asing."
"Jika dia pelatih lokal, saya yakin Asosiasi Sepak Bola Malaysia akan memecatnya sejak lama," tandas Santokh.
Santokh mempertanyakan, kenapa Malaysia tak menggunakan pelatih lokal, apa yang salah dengan mereka.
"Sejak awal saya tak setuju dengan menggunakan pelatih asing karena butuh waktu lama bagi mereka untuk memahami sepak bola lokal," ujar Santokh.
Santokh sangat menyesalkan tak ada yang mencoba atau menguji saat Malaysia menghadapi pertandingan internasional.
Pasalnya, setiap kekalahan mempengaruhi peringkat tim, citra, serta menempatkan skuat dan para suporter setia di bawah tekanan.
Santokh menambahkan, Timnas Malaysia membutuhkan perubahan besar dengan mengangkat pelatih lokal.
"Kami tak bisa bisa menggunakan pelatih asing karena tim senior saat ini sudah mencapai batas kemampuan mereka."
"Sebaiknya gunakan pelatih lokal yang mengerti realitas sepak bola di Malaysia," tegas Santokh.
Pria berusia 65 tahun itu mengingatkan, yang ditangani ini adalah tim nasional, bukan klub yang bisa mengimpor pemain.
Timnas Malaysia harus dirombak, para pemain muda diberi kesempatan untuk berkembang.
"Sayangnya, FAM tidak akan pernah mendengar mantan pemain, bahkan ada pengurusnya yang menyuruh kami tinggal di museum," keluh Santokh.
Santokh memperkuat Timnas Malaysa pada era 1972-1980.
Pria kelahiran Setapak, Kuala Lumpur, yang berposisi bek ini membela Selangor FA pada 1972-1985.
Berpengalaman
Velo Vingada sebetulnya bukanlah pelatih sembarangan.
Lelaki berusia 64 tahun pernah ikut mengasuh Cristiano Ronaldo di Portugal
Vingada juga sudah malang-melintang melatih beberapa timnas dan klub negara lain.
Banyak prestasi yang telah diraihnya, yang diawali dengan gelar Piala Dunia U-20 tahun 1989 dan 1991 saat menjadi Asisten Pelatih Portugal.
Kala diangkat menjadi Pelatih Portugal U-20, Vingada membawa timnya menjadi peringkat ketiga Piala Dunia U-20 tahun 1995.
Ketika mengasuh Arab Saudi, Vingada mempersembahkan gelar Piala Asia 1996.
Nasib Velo Vingada rupanya tak semujur Luis Milla di Indonesia.
Luis Milla ditunjuk sabagai pelatih timnas senior Indonesia dan U-22 sejak 20 Januari 2017.
Namun, pria Spanyol berusia 51 tahun itu gagal mewujudkan target pertama, yakni medali emas sepak bola SEA Games 2017.
Timnas U-22 Indonesia yang dibina Luis Milla saat itu hanya mampu membawa pulang medali perunggu.
Luis Milla juga gagal membawa Timnas U-23 Indonesia lolos ke putaran final Piala Asia U-23 2018 setelah tersingkir di Grup H dengan hanya satu kemenangan dari tiga laga.
Namun, PSSI dan sejumlah pemangku kepentingan di Indonesia berpendapat, Luis Milla masih butuh waktu untuk membangun timnas Indonesia yang kuat, baik di level senior maupun U-22 atau U-23.
Kontrak pelatih yang konon digaji sekitar Rp 400 juta sebulan itu berakhir 12 Desember 2018.
Target berikutnya yang dibebankan ke Luis Milla adalah lolos ke semifinal sepak bola Asian Games 2018 yang akan digelar di Indonesia.