Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Mesut Oezil menegaskan bahwa alasan ia gantung sepatu dari timnas Jerman adalah karena perlakuan rasialis yang diterimanya. Ia menjelaskan 3 alasan utama terkait keputusannya melalui sebuah surat terbuka yang diunggah di twitter.
Mesut Oezil mengumumkan gantung sepatu dari membela timnas Jerman pada Minggu (22/7/2018) malam atau Senin dini hari WIB.
Alasan utama mengemuka soal perlakuan rasialis yang ia terima karena ia mempunyai keturunan Turki dari orang tuanya.
Melalui surat terbuka yang ia unggah di akun twitternya, @MesutOzil1088, pemain 29 tahun mengunngkapkan 3 alasan utama di balik keputusannya.
(Baca juga: 3 Bocah Ajaib Termahal di Dunia, Salah Satunya Melebihi 650 Mobil Alphard Terbaru)
1. Media
The past couple of weeks have given me time to reflect, and time to think over the events of the last few months. Consequently, I want to share my thoughts and feelings about what has happened. pic.twitter.com/WpWrlHxx74
— Mesut Özil (@MesutOzil1088) 22 July 2018
Salah satu hal yang membuat Oezil gerah adalah reaksi publik Jerman saat ia pernah berfoto dengan presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.
Media Jerman kerap mengaitkan kedekatan Oezil dan Erdogan sebagai sikap politik yang diambil Oezil untuk mendukung Erdogan.
Dalam beberapa tahun terakhir, diketahui Erdogan sering mendapat kecaman dari berbagai negara karena dugaan pelanggaran hak asasi manusia di Turki.
Mesut Ozil menyatakan mulai sekarang ia tidak akan membela tim nasional negara Jerman setelah ia mendapat kritikan pedas terkait fotonya bersama Presiden Turki recep Tayyip Erdogan.
BBC pic.twitter.com/QSd6zNP0vj
— Suporter Indonesia (@infosuporter) 23 July 2018
"Seperti yang saya katakan, ibu saya mengajarkan saya untuk tidak lupa kepada asal-usul, warisan dan keluarga saya. Bagi saya, berfoto dengan Presiden Erdogan bukan soal politik, itu adalah tentang menghormati kepala tertinggi negara keluarga saya," tulisnya.
"Pekerjaan saya adalah pemain sepak bola buka politisi, dan pertemuan kami bukan untuk tujuan politik. Faktanya, kami berbicara topik tiap kali bertemu, yaitu soal sepak bola, dimana dia (Erdogan) juga merupakan seorang pemain sepak bola semasa muda," tambah Oezil.
2. Sponsor
II / III pic.twitter.com/Jwqv76jkmd
— Mesut Özil (@MesutOzil1088) 22 July 2018
Pemberitaan media Jerman yang terus mempropaganda foto Oezil dengan Erdogan, membuat para sponsor yang melibatkan Oezil kehilangan kehilangan kepercayaan.
Sampai-sampai saat ia dijadwalkan mengunjungi sekolahnya dulu di Gelsenkirchen, pihak perusahaan yang menghadirkan Oezil membatalkan kunjungan tersebut karena mereka takut dengan kehadiran Oezil akan membangkitkan kelompok sayap-kanan di daerah setempat.
Oezil juga pernah dibatalkan secara sepihak oleh sebuah sponsor timnas Jerman.
"Karena mereka adalah sponsor timnas Jerman, saya diminta melakukan sebuah video promosi. Namun setelah foto itu (bersama Erdogan), mereka membatalkan seluruh promosi yang sudah terjadwal," tulis Oezil.
(Baca juga: Debut di Tur Amerika Serikat, Alexis Sanchez Dipuji Jose Mourinho)
3. Timnas dan Federasi Sepak Bola Jerman (DFB)
III / III pic.twitter.com/c8aTzYOhWU
— Mesut Özil (@MesutOzil1088) 22 July 2018
Buntut foto bersama Erdogan juga mempengaruhi nasib Oezil di timnas Jerman.
Secara terang-terangan Oezil menyinggung federasi sepak bola Jerman (DFB) yang tak mendukungnya sama sekali soal penjelasannya terkait foto bersama Erdogan.
"Setelah foto saya bersama Erdogan, saya diminta Joachim Loew untuk memangkas liburan saya dan pergi ke Berlin untuk memberi penjelasan. Ketika saya ingin menjelaskan alasan di balik foto tersebut, Presiden DFB, Reinhard Grindel justru lecih tertarik soal pandangan politiknya dan mengecilkan pendapat saya," tulisnya.
Oezil juga mengaku mendapat perlakuan berbeda di dalam kehidupan sosial, meski mendapat berbagai prestasi untuk negara dan individu.
"Di mata Grindel dan para pendukungnya, saya adalah Jerman ketika timnas menang, namun ketika kalah, saya hanya seorang imigran," ujarnya.
"Karena saya meski saya membayar pajak di Jerman, mendonasikan fasilitas untuk sekolah-sekolah Jerman dan memenangkan Piala Dunia, saya tidak terima di kehidupan sehari-hari. Saya diperlakukan secara 'berbeda'," imbuhnya.