Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Liga 1 2018 resmi dibekukan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi. Indonesia mengikuti empat liga lain yang sempat dibekukan karena kerusuhan suporter.
Kasus pengeroyokan yang menewaskan suporter Persija Jakarta, Haringga Sirla, ternyata berbuntut panjang.
Menpora Imam Nahrawi secara resmi membekukan Liga 1 2018 selama dua pekan setelah insiden yang terjadi jelang laga Persib vs Persija tersebut.
”Kejadian ini bukan lagi tragedi sepak bola, tetapi nasional. Atas kejadian ini, kami sebagai pemerintah memutuskan untuk menghentikan sementara Liga Indonesia selama dua pekan," ucap Imam Nahrawi.
"Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada korban. Selain itu, selama liga diberhentikan, kami akan melakukan evaluasi besar dan melihat langkah-langkah yang diambil PSSI sebagai pemegang tanggung jawab,” ujar dia lagi.
(Baca Juga: 5 Fakta Tewasnya Haringga Sirla, The Jak Mania yang Jadi Korban Pengeroyokan di GBLA)
Membekukan liga setelah adanya kericuhan yang menelan korban jiwa bukan hanya terjadi di Indonesia.
Sebelumnya, ada empat liga lain yang sempat dibekukan oleh federasi setempat karena bentrokan yang menelan korban jiwa.
Berikut empat liga yang sempat dibekukan karena aksi suporter:
1. Liga Uruguay
Pada 2016, Liga Uruguay sempat mandek selama sepekan.
Penyebabnya, pada 28 September 2016, suporter Penarol, Hernan Fioritto, harus meregang nyawa setelah ditembak oleh fan tim rival, Nacional.
Dilansir BolaSport.com dari Goal, kejadian tersebut terjadi saat Fioritto dan kelompoknya tengah merayakan ulang tahun Penarol yang ke-125 di Santa Lucia.
Federasi Sepak Bola Uruguay (AUF) pun langsung mengambil langkah tegas atas kejadian tersebut.
"Setelah mengetahui kematian fan sepak bola berusia 21 tahun, Komite Eksekutif AUF memutuskan untuk menunda semua kegiatan yang digelar pada pekan ini," bunyi pernyataan resmi AUF.
"Yang paling penting bagi sepak bola Uruguay adalah, tak ada yang lebih penting daripada nyawa seorang penggemar," tulis mereka lagi.
(Baca Juga: Piala Asia U-16 - Gol Tendangan Bebas Nodai Catatan Manis Timnas U-16 Indonesia)
2. Liga Mesir
Bentrokan antara suporter dan aparat keamanan membuat Liga Mesir dibekukan pada 2015.
Dilansir BolaSport.com dari Telegraph, fan Zamalek yang menyaksikan pertandingan melawan klub rival, ENPPI, di Kairo, Mesir, terlibat insiden dengan polisi yang berjaga.
Saksi mata mengatakan bahwa petugas keamanan yang memantik insiden tersebut dengan menembakkan gas air mata ke kumpulan suporter.
Kericuhan pun tak bisa dihindarkan, sekitar 25 suporter meninggal dunia karena kejadian tersebut.
Federasi sepak bola Mesir pun membekukan kompetisi selama satu pekan untuk menetralisir keadaan.
3. Liga Yunani
Dilansir BolaSport.com dari CNN, kerusuhan suporter juga terjadi di Negeri Para Dewa, Yunani, pada 2015.
Pertandingan antara Panathinaikos dan Olympiakos diwarnai dengan keributan yang menewaskan satu orang penonton.
Kejadian bermula ketika suporter Olympiakos menyusup masuk ke lapangan pertandingan dan menyalakan flare di tribune penonton.
Hal tersebut kemudian memancing reaksi dari fan Panathinaikos dan bentrokan pun terjadi.
"Jika situasinya tetap sama, tak akan ada pertandingan untuk hari Minggu ini," ujar Perdana Menteri Yunani, Alexis Tspiras.
(Baca Juga: Piala Asia U-16 - Skenario Kelolosan Timnas U-16 Indonesia ke Perempat Final usai Ditahan Imbang Vietnam)
4. Liga Italia
Liga mahsyur seperti Serie A juga pernah dibekukan karena kerusuhan yang terjadi di kalangan suporter.
Dilansir Bolasport.com dari New York Times, pada 1995 seorang fan Genoa, Vicenzo Spagnolo, tewas ditikam di luar stadion jelang laga kontra AC Milan.
Pembekuan kompetisi juga terjadi di divisi dua dan tiga Liga Italia.
Namun kemudian Italia berbenah dan menjadi salah satu liga terbaik di dunia saat ini.
Apakah Indonesia bisa belajar dari kasus yang terjadi di Italia?