Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Luis Enrique menjanjikan evolusi, bukan revolusi. Wajah Spanyol berubah secara perlahan tanpa mencabut seluruh akar inti permainan yang telah mendatangkan kesuksesan di masa silam.
Penulis: Sem Bagaskara
Publik Spanyol berandai-andai Piala Dunia 2018 digelar pada September. Jika benar demikian, La Furia Roja dipercaya akan meraih prestasi yang lebih baik daripada sekadar babak 16 besar.
Kehadiran Luis Enrique di kursi pelatih Spanyol adalah pangkal dari optimisme suporter. Eks pelatih Barcelona itu dibebani misi menstabilkan kapal oleng Spanyol yang bergerak tanpa arah di Piala Dunia 2018.
Spanyol berangkat ke Rusia pada Juni silam dengan bekal "huru-hara". Pelatih La Furia Roja, Julen Lopetegui, dipecat beberapa hari sebelum turnamen, karena kedapatan bernegosiasi secara tertutup dengan Real Madrid.
Fernando Hierro, yang ditunjuk sebagai pelatih sementara, gagal memberikan kestabilan. Atas alasan itu, RFEF (federasi sepak bola Spanyol) mempekerjakan Enrique per 9 Juli 2018.
Dalam sekejap Enrique mampu mengembalikan cinta dan afeksi dari fan La Furia Roja. Ia tak lagi membuat suporter terkantuk-kantuk dengan permainan operan tak berujung.
Spanyol gaya Enrique lebih langsung ke tujuan, agresif, dan cepat. La Furia Roja besutan Enrique rata-rata melepas 34 operan panjang per gim alias nyaris tiga kali lipat dari catatan tim di Rusia 2018.
(Baca Juga: Luis Enrique Sebut Gareth Southgate Pelatih Asal Inggris yang Tak Biasa)