Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Tahun 2019 sudah dimulai beberapa jam yang lalu, tahun yang baru pun membawa harapan baru bagi tim-tim besar untuk memenuhi ambisi mereka.
Tahun 2019 dapat menjadi momen pelepas dahaga bagi beberapa tim yang sedang memburu gelar yang sudah lama mereka nanti.
Tidak hanya bagi tim-tim yang tampil di kompetisi antarklub melainkan juga beberapa tim nasional di laga internasional.
Berikut BolaSport.com merangkum kesebelasan yang dapat memecah paceklik gelar pada tahun 2019 ini.
1. Liverpool - Liga Inggris
Tahun 1990 adalah terakhir kali Liverpool mengangkat piala divisi teratas Liga Inggris — yang saat itu bahkan belum dikenal dengan sebutan Premier League.
Setelah beberapa kali 'hanya' dekat dengan takhta juara, mereka kembali mendapat kesempatan untuk benar-benar menjadi kampiun Liga Inggris.
Kans yang dimiliki Liverpool musim ini pun bisa dibilang besar. Pasalnya, The Reds punya kekuatan bernama konsistensi yang sulit untuk ditiru para pesaingnya.
Hingga gameweek ke-20, Liverpool sama sekali belum menelan kekalahan. Mereka sudah menang sebanyak 17 kali dan imbang tiga kali sehingga mengumpulkan 54 poin.
Dana 62,5 juta euro untuk memboyong kiper anyar, Alisson, pada musim panas lalu melengkapi puzzle yang disusun Juergen Klopp demi skuat yang komplet.
Dibawah komando bek termahal, Virgil van Dijk, Liverpool pun sekarang tidak hanya garang di lini depan tetapi juga tangguh dalam menghalau serangan lawan.
Di Liga Inggris, mereka baru kebobolan 8 gol — paling sedikit ketimbang para rival dan hampir tiga kali lebih sedikit dari catatan saat titik yang sama pada musim lalu.
Barisan penyerang yang masih terbilang tajam pun membuat Liverpool dijagokan untuk mewujudkan impian lama mereka menjadi penguasa Inggris.
2. Juventus - Liga Champions
Sejak kembali meraih scudetto pada musim 2011-2012, menjadi juara Liga Italia seolah bukan menjadi hal yang spesial bagi Juventus.
Pasalnya, hingga musim kemarin, dominasi Juventus di Serie A masih belum terbendung. Tujuh titel juara Serie A sukses mereka raih secara beruntun dalam periode tersebut.
Perubahan lambang klub yang kontroversial tidak menjauhkan keberuntungan seperti yang diharapkan lawan mereka. Bahkan, kekuatan Si Nyonya Tua semakin menjadi-jadi.
Jika di Inggris ada Liverpool yang memegang rekor tak terkalahkan, maka di Italia ada Juventus yang menorehkan catatan serupa.
Baca Juga: Juventus Ketiban Sial karena Lawan Atletico Madrid di Babak 16 Besar Liga Champions
Akan tetapi, seperti yang telah ditulis sebelumnya, bahwa target Juventus tidak lagi sekadar menjadi penguasa Italia. Target utama mereka adalah Liga Champions.
Setelah semua kekalahan pada lima partai final terakhir mereka di Liga Champions, Juve tentunya menolak untuk hanya menjadi runner-up dan mengincar si piala kuping lebar.
Juventus sendiri mengawali perjalanan mereka di Liga Champions dengan impresif, tiga kemenangan beruntun. Hanya saja, mereka harus belajar untuk tidak boleh lengah.
Meskipun selalu unggul dalam hal penguasaan bola dan menciptakan peluang, 2 dari 3 pertandingan terakhir Juventus di fase grup justru berakhir dengan kekalahan.
Babak 16 besar pun diyakini tidak akan berjalan mudah bagi Cristiano Ronaldo cs semenjak mereka bakal menghadapi salah satu tim kuat asal Spanyol, Atletico Madrid.
3. Inggris - UEFA Nations League
Jargon "Football Is Coming Home" bergema saat Inggris lolos ke babak semifinal Piala Dunia 2018. Sayangnya, di babak itu pula skuat Tiga Singa menutup perjuangan mereka.
Akan tetapi, kegagalan tersebut nyatanya tidak menurunkan optimisme masyarakat Inggris terhadap timnas mereka, harapan tinggi tetap mereka jaga.
Harry Kane dkk pun sanggup menjawab ekspektasi para suporternya. Hal itu mereka tunjukkan ketika memastikan diri lolos ke babak semifinal UEFA Nations League.
Aksi heroik saat melakukan comeback untuk mengalahkan Kroasia — yang menjegal mereka di Piala Dunia 2018 — membuat publik Negeri Ratu Elizabeth semakin bungah.
Baca Juga: Football is Still Coming Home
Kemenangan dengan skor 2-1 itu membuat Inggris menjadi pemuncak klasemen Liga A Grup 4 UEFA Nations League, mengungguli juara dunia Spanyol dan Kroasia.
Lagu "Football Is Coming Home" yang sebelumnya menjadi mimpi buruk bagi pelatih mereka sendiri, Gareth Southgate, pun dengan lantang dinyanyikan setelah laga tersebut.
Sementara pada babak semifinal yang digelar bulan Juni mendatang, Inggris akan ditantang Belanda yang juga tengah mengalami momen kebangkitan.
Jika nantinya berhasil memenangi UEFA Nations League, timnas Inggris bakal mendapatkan gelar kompetisi resmi mereka yang kedua setelah Piala Dunia (1966).
Meski turnamen itu dianggap kurang bergengsi, titel juara masih berguna untuk menjaga momentum bagus Inggris dalam menyongsong Piala Eropa pada tahun berikutnya.
4. Brasil dan Argentina - Copa America
Brasil akan memburu status raja Amerika Selatan untuk yang kedelapan kali saat menjadi tuan rumah Copa America 2019 pada pertengahan tahun mendatang.
Setelah dikubur hidup-hidup oleh Jerman dalam kekalahan telak 1-7 di babak semifinal Piala Dunia 2014, Brasil ingin menegaskan diri lagi sebagai penguasa di negeri sendiri.
Itu karena sepanjang sejarah keterlibatan mereka sebagai tuan rumah kompetisi bergengsi, timnas Brasil sangat jarang membuat pendukungnya kecewa.
Paling anyar adalah Olimpiade Rio 2016. Pada partai perebutan medali emas, Neymar dkk berhasil membalas 'kekurangajaran' Jerman lewat kemenangan di babak adu penalti.
Dengan komposisi pemain yang terbilang mumpuni, Brasil pun digadang-gadang bisa keluar sebagai pemenang Copa America pada tahun ini.
Baca Juga: Bertemu dengan Ketua PSSI-nya Argentina, Tanda-tanda Lionel Messi Kembali ke Timnas?
Adapun dari tim kuat di Amerika Latin lainnya, rasa penasaran akan menjadi motivasi bagi seteru Brasil di Copa America, yaitu Argentina.
Selalu kalah adu penalti pada dua edisi terakhir final Copa America, membuat La Albiceleste punya hasrat besar untuk memutus tren buruk tersebut.
Hanya saja, tanda tanya tampilnya Lionel Messi bikin skuat besutan Lionel Scaloni agak diragukan untuk kembali menjuarai Copa America sejak terakhir kali pada tahun 1993.