Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Begini Perasaan Bapak dan Ibu Septian David Maulana di Semarang Saat Melihat Anaknya Jadi Algojo Penalti

By Husen Sanusi - Rabu, 16 Agustus 2017 | 09:29 WIB
Septian David Maulana bersama Hargianto dan Evan Dimas merayakan gol Timnas Indonesia ke gawang Thailand dengan sujud syukur. (BolaSport.com/Herka Yanis)

 Perasaan Suwarno campur aduk menatap layar televisi saat Septian David Maulana bersiap mengeksekusi penalti.

Dia merasa khawatir jika sang anak gagal menunaikan tugas sebagai algojo.

Terlebih Indonesia dalam posisi tertinggal 0-1 dari Thailand.

"Semula saya tidak percaya kalau David ditunjuk sebagai eksekutor penalti oleh pelatih. Bangga sekaligus khawatir kalau-kalau David tidak bisa mencetak gol. Yang menyaksikan dia kan jutaan penonton televisi. Ibunya juga degdegan. Alhamdulillah, akhirnya David bisa menyamakan skor," terang Warno kepada Tribunjateng.com, Selasa (16/8/2017) malam.

Gol David dari titik putih menit 61 itu membuat skor menjadi imbang 1-1.

Hingga akhir laga penyisihan Grup B SEA Games 2017 di Malaysia tersebut, kedudukan seri tak berubah.

Suwarno lagi-lagi mengungkapkan perasaan bangganya atas kontribusi Septian David di timnas U-22.

"Kami sekeluarga sangat bangga David masih bisa berjuang demi Merah Putih di lapangan sepakbola. Ibu dan adiknya juga bangga," jelas dia.

David pada 2 September tahun ini akan berusia 21 tahun.

Dia berasal dari Gang Pete, Sekaran, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang.

Daerah ini lebih dikenal sebagai kawasan kampus Universitas Negeri Semarang (Unnes), dulu IKIP Semarang.

Warno, sang ayah, sehari-hari bekerja sebagai pegawai swasta.

Ibu David, Mundarsih, ibu rumah tangga biasa.

Mereka bersyukur putranya bisa meraih mimpi masa kecil bermain di tim nasional, mulai dari kelompok umur hingga senior.

"David anak yang tidak kenal menyerah. Sejak kecil di sepakbola dia kerap terpinggirkan dalam beberapa seleksi tim kelompok umur. Namun, kesungguhannya berbuah hingga saat ini bisa berkarier di tim profesional," papar Warno.

David merupakan putra pertama Warso dan Mundarsih yang lahir setelah tujuh tahun pernikahan mereka.

Warso yang sedari kecil menyukai sepakbola ingin David berkecimpung di dunia olahraga.

Pada saat kelas 4 Sekolah Dasar, David dimasukkan Warno ke SSB Bhaladika lalu berlanjut ke SSB Tugumuda.

"Dia itu pendiam orangnya, tapi ulet pantang menyerah terus mencoba. Sampai akhirnya bisa masuk timnas," tutur Suwarno.

Kali terakhir David pulang ke Semarang pada Ramadan lalu.

Dia merayakan Idulfitri di kota kelahirannya sebelum kembali bergabung dengan Mitra Kukar.

"David taat beribadah. Tak jarang kalau pulang ke Semarang berbagi dengan anak-anak yatim. Pada bulan puasa lalu, anak-anak yatim dia undang ke rumah untuk berbuka bersama," imbuhnya.

Sebelum bermain melawan ThailandSeptian Davidmenghubungi Warno.

Dia meminta doa dari orangtua agar diberi kemudahan selama pertandingan membela Merah Putih.

Meminta doa adalah kebiasaan David setiap dia akan bertanding, di kompetisi antarklub juga. 

Doa itu terkabul. (*)

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P