Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Eksperimen pelatih Timnas U-23 Indonesia, Luis Milla, dengan menempatkan Evan Dimas pada posisi gelandang di belakang striker saat menghadapi Timnas U-23 Bahraih pada ajang PSSI Anniversary Cup 2018, Jumat (27/4/2018), terbukti belum membuahkan hasil positif.
Sejak namanya mencuat bersama Timnas U-19 Indonesia sebelum Piala AFF U-19 tahun 2013, Evan Dimas identik dengan posisi deep-lying playmaker.
Dari posisi di lini tengah inilah Evan Dimas berperan sebagai metronom pengatur tempo dan keseimbangan timnya.
Yang mengesankan, dari posisi ini Evan Dimas bisa dengan jeli melihat waktu yang tepat untuk merangsek ke kotak penalti tanpa terpantau pemain lawan dan menciptakan gol sebagaimana berkali-kali diperlihatkannya.
(Baca Juga: Indonesia U-23 Vs Bahrain U-23 - Tertinggal 0-1, Garuda Muda Kesulitan Menutup Ruang Tembak di Awal Laga)
Peran ini pula yang dijalaninya bersama Bhayangkara FC pada turnamen ISC 2016 dan saat membawa tim milik Kepolisian Negara RI tersebut ke tangga juara Liga 1 2017.
Namun, Luis Milla sepertinya mendapat inspirasi baru untuk mencoba Evan Dimas pada posisi baru di belakang striker.
Hal ini boleh jadi tak lepas dari mencuatnya penampilan Zulfiandi sebagai gelandang tengah bersama Sriwijaya FC di Liga 1 2018.
Milla mungkin melihat bahwa sektor gelandang bertahan Garuda Muda butuh tambahan kekuatan mengingat lawan-lawan yang bakal dihadapi di Asian Games 2018 tentu akan sangat berat.
Zulfiandi memang punya atribut defensif yang cukup baik. Pada laga pamungkas bersama Sriwijaya saat menghadapi Persebaya pada Minggu (22/4/2018) misalnya, kehadiran Zulfiandi membuat lini tengah Laskar Wong Kito lebih seimbang kendati juga diisi pemain ofensif seperti Esteban Vizcarra maupun Makan Konate.
Zulfiandi tercatat sebagai pemain Sriwijaya dengan jumlah operan terbanyak (48) pada laga tersebut.
Kemenangan Dramatis Atas Inter Milan Dongkrak Kepercayaan Diri Juventus? https://t.co/CaQtyH5Hax
— BolaSport.com (@BolaSportcom) April 29, 2018
Ia juga melakukan 2 tekel, memenangi 4 dari 5 duel udara, 3 kali memotong operan lawan, serta sekali menghalau bola.
Milla, boleh jadi, melihat duet Zulfiandi dan M. Hargianto akan semakin menebalkan otot defensif Timnas U-23 Indonesia dari lini tengah.
Pelatih asal Spanyol ini pun lantas mencoba menggeser Evan Dimas lebih ke depan.
Posisi baru ini sudah dicoba oleh Evan Dimas dalam sesi latihan Timnas U-23 Indonesia sehari menjelang lawan Timnas U-23 Bahrain.
(Baca Juga: Indra Sjafri: Saya Tak Pernah Ada Masalah dengan PSSI Maupun Edy Rahmayadi)
"Tadi saya dicoba di posisi baru sama Luis Milla, di belakang striker," katanya kepada BolaSport.com.
Sebagai pesepak bola profesional, tentu saja Evan Dimas harus siap tampil di posisi mana pun sesuai instruksi pelatih.
Hanya, sebagaimana yang terlihat dalam pertandingan melawan Timnas U-23 Bahrain, Evan Dimas belum terlalu nyaman dengan peran barunya itu.
Kreativitas Evan Dimas tergerus karena ia tak lagi menjadi sasaran operan rekan-rekannya.
Sebagaimana data yang dilansir BolaSport.com dari Labbola, Evan cuma menerima 20 operan saat menghadapi Timnas U-23 Bahrain.
Padahal, saat bermain di posisi gelandang bertahan dalam skema 4-2-3-1 ala Milla, Evan Dimas biasanya menerima rata-rata 46,07 operan di tiap pertandingan.
Pemain yang berada pada posisi playmaker di belakang striker tentu mendapatkan pengawalan lebih ketat dibandingkan saat berada pada posisi lebih ke belakang.
Selain harus bersiap dengan hadangan dari bek lawan, ruang geraknya juga makin sempit oleh keberadaan gelandang bertahan di kubu tim seberang.
Hal inilah yang dialami Evan Dimas saat menghadapi Timnas U-23 Bahrain.
Minimnya jumlah operan yang diterima ini tentu berpengaruh pada passing yang dilakukan oleh Evan Dimas.
(Baca Juga: Persipura Patut Berterima Kasih kepada Ian Kabes)
Bila dibandingkan dengan pemain lain di susunan starting XI saat menghadapi Timnas U-23 Bahrain, Evan Dimas hanya melepas 26 operan alias cuma lebih banyak dibandingkan kiper Andritany Ardhiyasa, pemain sayap Osvaldo Haay, serta striker Lerby Eliandry.
Kesulitan Evan Dimas ini tak hanya berpengaruh pada dirinya sendiri, melainkan juga berimbas ke pemain lain.
Dalam 14 kesempatan bermain di posisi gelandang bertahan bersama Timnas Indonesia di era Milla, Labbola melansir bahwa pemain berusia 23 tahun ini menciptakan rata-rata 1,67 peluang per laga.
Saat menghadapi Timnas U-23 Bahrain, Evan Dimas tercatat cuma menciptakan 1 peluang.
Masalahnya, Milla tak bisa berharap Zulfiandi mampu menggantikan peran Evan Dimas sebagai aktor pencipta peluang bagi lini depan.
Saat melawan Timnas U-23 Bahrain, pemain Aceh berusia 22 tahun tersebut hanya sekali menciptakan peluang.
Hal itu sebenarnya tak mengherankan mengingat Zulfiandi juga cuma menorehkan rataan 0,4 peluang per laga di Liga 1 2018.
Belum lagi mengingat bahwa dengan menggeser Evan Dimas ke belakang striker berarti mengorbankan Septian David Maulana.
Pemain milik klub Mitra Kukar yang disebut terakhir ini belakangan mencuat sebagai playmaker baru Tim Merah Putih di era Milla.
Masuk pada menit ke-59 saat menghadapi Timnas U-23 Bahrain, Septian membuat permainan Garuda Muda lebih menggigit berkat eksplosivitas gerakannya saat meliuk-liuk di antara pertahanan lawan.
(Baca Juga: Persija Dipastikan Jamu Persib pada 30 Juni 2018)
Hal terakhir inilah yang membedakan gaya bermain Septian daengan Evan Dimas.
Statistik Labbola memperlihatkan bahwa, saat bermain di posisi belakang striker, Septian bisa menciptakan 8 peluang bagi timnas asuhan Milla.
Sebuah kiriman dibagikan oleh BolaSport.com (@bolasportcom) pada