Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Peran Penting Psikolog di Timnas U-16

By Suci Rahayu - Jumat, 29 Juni 2018 | 15:08 WIB
Psikolog Timnas U-16 Indonesia, Laksmiari Saraswati, mendampingi latihan rutin selama Training Center yang diikuti 27 pemain di Stadion Jenggolo Sidoarjo, Jawa Timur, pada Selasa (26/06/2018) sore untuk persiapan menghadapi Piala AFF U-15 2018. (SUCI RAHAYU/BOLASPORT.COM)

Penanganan terhadap para pemain Timnas Indonesia U-16 tentu saja berbeda dengan yang terjadi pada tim usia senior. Karena itu, ada perlakuan khusus yang diberikan, salah satunya dengan kehadiran psikolog dalam tim.

Ya, di balik keberadaan Fakhri Husaini dan jajaran asistennya, terdapat pula psikolog yang turut menyertai David Maulana dan kawan-kawan setiap harinya.

(Baca Juga: Jusuf Kalla Pastikan Indonesia Sudah Siap Gelar Asian Games 2018)

Sosok psikolog tersebut tidak lain adalah Laskmiari Saraswati.

Asti, sapaan karib Laskmiari Saraswati, mengaku sudah cukup lama masuk dalam tim kepelatihan Fakhri Husaini.

Meskipun awalnya tidak begitu akrab dengan sepak bola, namun kini dirinya sudah sangat terbiasa dan justru menyukainya

“Saya melihat sepak bola ini punya esensi yang besar sekali. Karena kalau kita lihat membangun teamwork itu sepertinya mudah, tapi ternyata hanya latihan bersama saja tidak cukup. Kita harus mengerti pemain,” buka Asti.

(Baca Juga: Memori Kelam 4 Tahun Lalu Kembali Dialami Pemain Keturunan Indonesia Ini di Piala Dunia 2018)

Teamwork adalah salah satu hal yang selalu ditekankan oleh Asti pada setiap pemain. Baginya, hal itu adalah pondasi awal sebuah tim.

Dia tidak pernah membedakan seorang pemain apakah itu bintang atau pemain biasa. Semua sama.

“Menjadi pemain yang hebat itu bukan segalanya. Percuma dia pemain hebat kalau tidak bisa menjadikan timnya ikut hebat juga. Di kondisi itu, dia bukan pemain apa-apa. Itu hanya harus dipahami,” sambungnya Asti.

Diakui oleh Asti, menangani Timnas U-16 Indonesia tidak mudah, ada sebuah tantangan besar. Karena, pada usia 16 tahun, emosi masih labil.

(Baca Juga: Rivalitas Barcelona dan Real Madrid Ikut Memanas di Piala Dunia 2018)

Karena itu, dia selalu memposisikan diri sebagai teman dan mengajarkan sebuah empati.

“Jadi, kita lebih banyak ajarkan empati. Misalnya, pemain ini banyak yang naksir dan yang ini tidak, harus bisa merasakan juga bagaimana kalau jadi yang tidak. Karena pada usia ini dinamikanya sangat luar biasa,” tutupnya.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P