Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Di bawah asuhan Luis Milla, Febri Haryadi mencuat sebagai andalan di sektor kiri lini serang timnas U-23 Indonesia. Menurut pengamat sekaligus komentator sepak bola, Supriyono Prima, penampilan Febri memiliki plus dan minusnya tersendiri.
Dalam lima pertandingan timnas U-23 Indonesia dalam ajang Asian Games 2018 cabang olahraga (cabor) sepak bola putra, Febri Hariyadi selalu tampil sebagai starting XI.
Febri dipercaya oleh Luis MIlla untuk mengisi sayap kiri skuat Garuda Muda.
Kecepatan yang dimiliki pemain asal Persib Bandung tersebut kerap kali merepotkan sisi kanan pertahanan lawan.
Namun, pemain yang kerap disapa Bow itu dinilai masih memiliki beberapa kelemahan.
(Baca juga : Usai Bantai Wakil Iran, Anthony Sinisuka Ginting Kembali Temui Rintangan Berat)
Dilansir BolaSport.com dari Tribun Jabar, hal itulah yang dilihat oleh Supriyono Prima, pengamat sekaligus komentator sepak bola.
Menurut Supriyono, kecepatan yang dimiliki Febri tidak dibarengi dengan kreativitas dan inovasi-inovasi penyerangan yang baik.
Hal itulah yang dinilai Supriyono menjadikan peran Febri di sisi kiri penyerangan menjadi kurang maksimal.
Fokus penilaian Supriyono adalah, pergerakan Bow yang mudah dipatahkan lawan serta umpan-umpan silangnya kurang maksimal.
(Baca juga : Usai Bantai Wakil Iran, Anthony Sinisuka Ginting Kembali Temui Rintangan Berat)
"Febri, dia punya kelebihan, dengan eksplosivitasnya dan kecepatan juga, cuma dia belum mampu mengatur kapan dia harus melewati pemain dengan kecepatan dan kapan dia harus melakukan minimal satu dua sentuhan dengan Rezaldi," ujar Supriyono.
Tak hanya itu, masih menurutnya, sebagai pemain sayap pemain kelahiran Bandung itu jarang sekali melakukan cut inside ke jantung pertahanan lawan.
Kendati demikian, kontribusi Bow di ajang empat tahunan ini patut diapresiasi.