Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Timnas Indonesia harus segera menyiapkan diri untuk menghadapi Piala AFF 2018.
Turnamen dua tahunan yang diikuti 10 tim negara Asia Tenggara itu akan digelar pada 8 November-15 Desember 2018.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Piala AFF 2018 ini tak lagi berpusat di satu negara tuan rumah.
Setiap tim akan mendapat jatah dua kali menjadi tuan rumah atau bermain kandang dan dua kali bermain tandang.
Babak semifinal dan final juga memakai format kandang-tandang atau dua leg.
(Baca juga: PSSI Mengaku Tak Campur Tangan Terkait Harga Tiket Cabang Sepak Bola untuk Asian Games 2018)
Pilihan itu diambil murni karena pertimbangan bisnis akibat sepinya penonton jika hanya digelar di satu negara.
Selama ini, jika tim tuan rumah tersingkir, maka stadion langsung sepi.
Nah, dengan format kandang-tandang mulai tahun ini, stadion diharapkan tetap ramai.
Prestasi Timnas
Timnas Indonesia mengikuti Piala AFF sejak pertama kali digelar tahun 1996.
Artinya, Timnas Indonesia sudah 11 kali tampil di ajang itu.
Akan tetapi, Timnas Indonesia belum pernah juara Piala AFF.
Prestasi terbaik Timnas Indonesia di Piala AFF adalah runner-up, yang berjumlah lima kali tahun 2000, 2002, 2004, 2010, dan 2016.
Deretan tahun itu membuat Timnas Indonesia dijuluki spesialis runner-up Piala AFF.
Piala AFF 2018 ini adalah kesempatan ke-12 bagi Timnas Indonesia untuk menjadi juara.
Timnas Indonesia berada di Grup B bersama Thailand, Filipina, Singapura, dan pemenang play-off antara Brunei dan Timor Leste.
Sedangkan Grup A diisi Vietnam, Malaysia, Myanmar, Kamboja, dan Laos.
Thailand merupakan juara bertahan Piala AFF.
Di final Piala AFF 2016, Thailand menang agregat 3-2 atas Indonesia.
Pada final leg pertama di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, 14 Desember 2016, Indonesia unggul 2-1 atas Thailand berkat gol Rizky Rizaldi Pora dan Hansama Yama Pranata.
Namun, pada final leg kedua di Stadion Rajamangala, Bangkok, Thailand menang 2-0.
Belum Jelas
Timnas Indonesia senior belum terbentuk.
Pembentukan Timnas Indonesia harus didahului dengan penunjukan pelatih.
Sampai kini belum ada pelatih Timnas Indonesia senior.
Luis Milla, yang gagal membawa Timnas U-23 Indonesia ke semifinal, sebagaimana ditargetkan PSSI, bukan pelatih timnas senior.
Menurut Sekretaris Jenderal PSSI Ratu Tisha Destria, Luis Milla dikontrak sejak 20 Januari 2017 hanya untuk menangani Timnas U-23 Indonesia.
Tugas pelatih asal Spanyol itu hanya untuk membawa Timnas U-23 Indonesia lolos ke empat besar Asian Games 2018.
Sayangnya, Timnas U-23 Indonesia terhenti di babak 16 besar setelah disingkirkan Uni Emirat Arab lewat adu penalti.
"Luis Milla itu pelatih Timnas U-23 Indonesia, bukan senior, karena PSSI sejatinya tidak memiliki pelatih senior," jelas Ratu Tisha dalam berita BolaSport.com dan SuperBall.id edisi 2 Agustus 2018..
Kalaupun ada keterlibatan Luis Milla dalam laga persahabatan timnas senior, imbuh Ratu Tisha, statusnya hanya membantu.
PSSI berencana membentuk Timnas Indonesia untuk Piala AFF 2018 di awal September usai Asian Games 2018.
PSSI telah memiliki calon untuk menukangi Timnas Indonesia, namun belum bisa memberitahukannya sekarang.
"Ada yang dari lokal, ada juga pelatih dari asing," ucap Ratu Tisha.
Belum ada penjelasan, apakah pelatih Timnas Indonesia nanti direkrut hanya untuk Piala AFF 2018 atau jangka panjang.
BolaSport.com memprediksi dua calon pelatih yang layak menjadi pelatih Timnas Indonesia.
1. Mario Gomez
Pelatih bernama lengkap Roberto Carlos Mario Gomez ini masih menukangi Persib Bandung.
Lahir di Mar del Plata, Argentina, 61 tahun lalu, Mario Gomez ditunjuk menjadi pelatih Persib sejak 1 November 2017 menggantikan Djadjang Nurdjaman.
Mario Gomez pernah menjadi asisten pelatih Hector Cuper di klub Spanyol, Mallorca.
Kala Hector Cuper hengkang, Mario Gomez mengambil alih posisi pelatih kepala tahuna 1999.
Namun, Mario Gomez tak diizinkan melanjutkan tugas itu karena terbentur regulasi yang menuntut persyaratan dua tahun penuh pengalaman manajerial.
Saat itu, Mario Gomez baru bertugas dalam lima laga (2 imbang, 3 kalah).
Akhirnya, Mario Gomez kembali menjadi asisten Hector Cuper di Valencia, kemudian Inter Milan.
Pria yang berperan sebagai bek ketika aktif sebagai pemain itu kemudian kembali ke Argentina dan melanglang-buana melatih sejumlah klub, termasuk South China pada musiam 2014-2015.
Pada 2015 Mario Gomez berlabuh ke Johor Darul Ta'zim (JDT) dan sukses menjuarai Liga Super Malaysia.
Pada tahun yang sama, Mario Gomez juga membawa Johor Darul Ta'zim menjuarai Piala AFC, yang pertama dalam sejarah sepak bola Malaysia.
Mario Gomez kemudian mendapat penghargaan pelatih terbaik di Malaysia tahun 2015.
Setelah itu, Mario Gomez membawa JDT juara Charity Shield Malaysia 2016.
Pada Maret 2017, Mario Gomez sempat ditunjuk menjadi pelatih Timnas Malaysia oleh Presiden Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) Tunku Ismail Sultan Ibrahim.
Mario Gomez lalu meminta gaji sangat tinggi, yang memaksa FAM membatalkannya.
Kini hampir setahun Mario Gomez menukangi Persib Bandung.
Pasang-surut terjadi selama Mario Gomez mengasuh tim kebanggaan bobotoh itu.
Mario Gomez sempat kecewa kepada manajemen Persib karena tuntutan fasilitas dan pembelian pemain tak dikabulkan.
Belakangan, manajemen Persib mengabulkan tuntutan Mario Gomez itu.
Mario Gomez berhasil membawa Persib menjadi juara paruh musim Liga 1 2018.
Hingga pekan ke-20 setelah juara paruh musim itu, Persib masih di puncak klasemen, unggul dua poin dari pesaing terdekatnya, Madura United.
Mantan pelatih Persib Bandung ini layak menukangi Timnas Indonesia di Piala AFF 2018.
Apalagi Djadjang Nurdjaman kini menganggur sejak dipecat PSMS Medan 13 Juli 2018.
Pelatih kelahiran Majalengka, Jawa Barat, 53 tahun lalu, itu memiliki prestasi membanggakan.
Saat menukangi Persib, Djadjang mempersembahkan trofi Liga Super Indonesia 2014 dan Piala Presiden 2015.
Ketika memulai karier melatih di PSMS Medan, Djadjang berhasil membawa klub itu menjadi runner-up Liga 2 2017.