Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Wawancara Bima Sakti: Saya Bersedia Jadi Pelatih Timnas Senior

By Andrew Sihombing - Rabu, 10 Oktober 2018 | 11:27 WIB
Asisten pelatih Timnas Indonesia Bima Sakti dalam sesi latihan timnas di Stadion Patriot, Bekasi, Jumat (24/11/2017), jelang laga persahabatan melawan Timnas Guyana pada Sabtu (25/11/2017). ( FERNANDO RANDY/BOLASPORT.COM )

Pelatih caretaker timnas Indonesia, Bima Sakti, mengaku bersedia bila memang diberi kontrak permanen sebagai arsitek Tim Merah Putih. 

Wacana Bima menjadi pelatih timnas senior Indonesia kian mengemuka setelah negosiasi perpanjangan kontrak dengan Luis Milla tak kunjung jelas. 

Pelatih asal Spanyol itu setidaknya tak hadir di Indonesia pada Selasa (9/10/2018) sebagaimana disebut oleh PSSI beberapa waktu sebelumnya. 

Bagaimana Bima menyikapi kemungkinannya mengambil tongkat estafet dari Milla? Berikut wawancaranya: 

(Baca Juga: Wawancara Hargianto: Persija adalah Impian Anak Jakarta!)

(Baca Juga: Persija Tak Punya Pesaing di Jakarta? Tak Masalah!)

Anda dipercaya memimpin timnas Indonesia untuk laga uji coba melawan Myanmar dan Hongkong. Akan seperti apa persiapannya?

Para pemain sudah mulai berkumpul hari ini (Minggu, 7 Oktober 2018, red.), lalu dua hari setelahnya dipakai untuk persiapan melawan Myanmar dan pertandingan berikutnya versus Hongkong.

Fokus persiapan timnas adalah pemantapan tim dan organisasi permainan. Program latihan tidak jauh sebagaimana materi yang dirancang oleh Luis Milla selama ini.

Saya juga sering berkomunikasi dengan Milla soal materi pemain dan beliau sangat setuju dengan susunan pemain yang kami panggil dan memberi kesempatan pada pemain lain untuk menunjukkan kemampuan di timnas.

Pemain yang dipanggil untuk melawan Myanmar dan Hongkong banyak berubah dibanding tim Asian Games 2018. Bagaimana melihat dampaknya terhadap proses penyatuan tim?

Yang pasti memang perlu adaptasi. Seperti saya sampaikan tadi, kami memberi kesempatan kepada sejumlah pemain baru yang menunjukkan performa bagus di kompetisi.

Pemain Asian Games tidak terlalu banyak berubah dan mereka menjadi contoh bagi pemain baru soal skema seperti apa yang kami inginkan di timnas.


Pelatih timnas U-23 Indonesia, Luis Milla, menghibur kiper Andritany Ardhiyasa setelah kalah dalam adu penalti dari UEA di babak 16 besar Asian Games 2018, Jumat (24/8/2018) di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang. (HERKA YANIS PANGARIBOWO/TABLOID BOLA )

Kepastian soal Luis Milla belum juga disampaikan ke publik. Sebagai asistennya selama 1,5 tahun, adakah Anda berkomunikasi dengannya soal hal ini?

Saya sempat beberapa kali berkomunikasi dengan Milla terkait kondisi sepak bola kita. Dia juga berkomunikasi masalah gempa, dia turut berbela sungkawa.

Saya juga menanyakan soal rencana kehadirannya di Indonesia. Beliau hanya mengatakan secepatnya. Pada tanggal 9-10 Oktober ini, beliau menjalani penyegaran untuk lisensi kepelatihannya.

(Baca Juga: Persija Meraja Sendirian di Jakarta, Ibu Kota Pernah Banjir Klub di Kasta Teratas)

Para pelatih di Eropa memang menjalani penyegaran kepelatihan setiap periode tertentu.

Bila Milla tidak menerima proposal kontrak dan PSSI meminta Anda menjadi pelatih timnas senior, bersedia?

Selama memang baik buat timnas, saya bersedia saja. Selama ini saya juga sudah belajar dari Milla soal bagaimana membentuk tim dan memadukan pemain.

Bila memang diminta, saya pikir ini akan menjadi kesempatan buat saya untuk berbuat sesuatu demi timnas.


Pelatih Timnas U-23 Indonesia, Luis Milla (tengah), beserta asisten pelatih Bima Sakti (kanan) memberikan instruksi kepada Muhammad Hargianto pada laga PSSI Anniversary Cup 2018 kontra Bahrain di Stadion Pakansari, Bogor, Jumat (27/4/2018) ( HERKA YANIS PANGARIBOWO/BOLASPORT.COM )

Milla menangani timnas U-23 Indonesia sekaligus senior. Ke depan, apakah sebaiknya seperti ini atau terpisah?

Memang seharusnya terpisah antara pelatih timnas senior, U-23, U-19, dan U-16. Tapi, mereka juga harus dalam garis yang sama. Artinya, filosofi harus sama.

Jangan sampai karakter kepelatihannya berbeda. Milla menyampaikan bahwa para pelatih timnas Spanyol di semua level saling berkomunikasi. Jadi, cara bermain tidak terlalu berbeda.

Begitu para pemain tampil di level usia lebih tinggi, mereka sudah tidak perlu banyak beradaptasi lagi dan karakternya juga tidak jauh berbeda. 

(Baca Juga: Timnas Indonesia Krisis Bek Kanan, Cuma Dua Sepanjang 2018)

Anda jadi asisten pelatih di Persiba pada 2016, menjadi asisten pelatih timnas pada tahun berikutnya, dan kini dianggap sebagai kandidat pelatih timnas. Bagaimana memaknai perjalanan karier kepelatihan Anda?

Saya hanya berusaha maksimal dan bekerja sebaik mungkin. Sebagai asisten, saya hanya membantu semampunya. Saya juga tidak pernah berambisi, melainkan mengalir saja.

Bila memang sudah rezeki ditunjuk sebagai pelatih timnas senior, saya siap. Saya bukan pelatih terbaik dan punya banyak kekurangan, tetapi akan selalu belajar dan berusaha memperbaiki semuanya untuk memberikan yang terbaik buat timnas. 

Bila memang ditunjuk PSSI dan Anda menerima, berarti kursi pelatih timnas akan kembali ke eks pemain Tim Merah Putih. Bagaimana melihat pengaruh rekam jejak sebagai eks pemain timnas saat menjadi pelatih Tim Garuda?

Yang pasti adalah jadi bisa merasakan bagaimana dulu sebagai pemain dan apa yang dibutuhkan pemain atau tim saat menghadapi turnamen atau kompetisi. Jadi, saya bisa belajar dari pengalaman terdahulu.

Seperti apa Anda melihat masa depan timnas Indonesia?

Saya pikir prospeknya sangat baik asalkan dikelola dengan baik dan program berjalan dengan jelas. Kompetisi juga mesti berjalan dengan baik.

Timnas yang baik lahir dari kompetisi yang baik juga. Saya belajar dari Luis Milla bahwa pemain harus berkompetisi. Oleh sebab itu, semoga kompetisi kita semakin baik.

(Baca Juga: Opening Ceremony Asian Para Games 2018 - Pesan Presiden Jokowi dalam Pidatonya)

Sebagai pelatih dan mantan pemain, tentu saja berharap jangan lagi ada keributan atau hal-hal yang membuat kompetisi terhenti atau tidak berkualitas.

Kompetisi harus dijaga bersama oleh semua stakeholder. Pengurus, pelatih, wasit, pemain, hingga suporter harus bahu-membahu membangun sepak bola Indonesia lebih baik ke depan.

(Baca wawancara lengkapnya di Tabloid BOLA edisi 2.911 terbitan Selasa, 9 Oktober 2018. Saksikan juga videonya di Youtube Tabloid BOLA).

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P