Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Putaran final Piala Soeratin 2017 yang diselengarakan di kota Yogyakarta resmi berakhir, tapi gelaran kompetisi tersebut sedikit terganjal masalah.
Dalam kompetisi tersebut Jawa Barat berhasil meraih kampiun untuk Kategori U-15, sedangkan untuk U-17 berhasil dijuarai tim kejutan dari Kalimantan Timur yaitu PS Penajam Utama.
Sebetulnya gelaran Piala Soeratin 2017 dari babak regional hingga putaran nasional berjalan cukup baik dan lancar.
(Baca Juga: Waduh! 3 Kunci Kemenangan Tottenham Hotspur Bakal Direkrut Real Madrid)
Namun ketika kompetisi ini tinggal menyisakan partai final, ajang ini justru tercoreng oleh kasus pencurian umur yang dilakukan Persiter Ternate U-17.
Tim besutan Rahmat Rivai itu akhirnya harus mengubur mimpinya untuk menjadi juara di ajang tersebut, lantaran mereka didiskualifikasi oleh Panitia Disiplin (Pandis) setelah memastikan diri lolos ke partai puncak.
Kasus ini jelas menjadi tamparan keras bagi panitia turnamen, termasuk otoritas tertinggi sepak bola Indonesia yakni PSSI sebagai pencetus turnamen tersebut.
(Baca Juga: Kering Gelandang, Manchester United Nekat Incar Pemain Kunci Real Madrid)
Apalagi, sesuai marwahnya gelaran ini merupakan kampanye pembinaan sepak bola Indonesia yang menjujung semangat fairplay.
Meski begitu, Direktur Kompetisi PSSI, Efraim Ferdinand Bawole, membantah bahwa PSSI kecolongan karena adanya kasus tersebut.
Menurutnya, sistem verifikasi yang diberlakukan bagi peserta Piala Soeratin berlangsung sangat ketat dan cermat.
"Hanya satu tim saja yang melakukan pencurian umur. Kasus tersebut berarti bukan kesalahan sistem dalam proses verifikasi data. Sebagus apapun sistem yang digunakan kalau celahnya ditemukan pasti akan dimanfaatkan,” kata Efraim kepada BolaSport.com.
(Baca Juga: Masih Muda dan Cantik, Gadis Ini Digadang-gadang Akan Menjadi Bintang F1 Masa Depan)
"Justru kejadian ini bukan mencoreng kompetisi ini (Piala Soeratin). Ditemukannya kecurangan justru menyelamatkan ajang tersebut karena kemurnian pembinaan bisa ditegakan. Itu berarti PSSI tegas bahwa Piala Soeratin memegang teguh proses pembinaan yang baik,” sambungnya.
Ada hikmah yang dapat diraih dari kejadian tersebut, setidaknya kasus itu jadi evaluasi bagi PSSI untuk memperbaiki kompetisi ini.