Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Terkait Ulah Suporter, PSSI Siap Jalankan Program Ini

By Ilyas Listianto Mujib - Senin, 20 November 2017 | 21:17 WIB
Sekretaris Jenderal PSSI, Ratu Tisha Destria, berbicara kepada media pada acara Press Conference AFF Award di Nusa Dua, Bali, 23 September 2017. (YAN DAULAKA/BOLASPORT.COM)

Rentetan insiden yang terjadi baik di dalam maupun luar lapangan akibat ulah oknum suporter, sepertinya masih menjadi masalah laten yang terjadi di sepak bola Indonesia. PSSI pun serius menanggapi hal ini.

Yang terkait suporter itu mulai dari kerusuhan, lemparan botol ke dalam lapangan, hingga menyalakan cerawat.

Hal itu dapat dilihat dari sanksi yang diberikan Komdis PSSI untuk klub, hampir semuanya berhubungan dengan ulah suporter mereka.

Mengingat sudah berulangnya kejadian semacam ini, PSSI perlu segera mengambil tindakan tegas.

Namun, Sekretaris Jenderal PSSI, Ratu Tisha menjelaskan, agak sulit jika federasi secara langsung melakukan tindakan.

(Baca juga: Sejumlah Negara Rival di ASEAN Masuk Nominasi, Indonesia Tak Punya Wakil di AFC Annual Award 2017)

Sebab, PSSI bisa bersentuhan langsung dengan suporter itu hanya melalui wadah yaitu klub.

“Fan berada di bawah naungan klub sepenuhnya," kata Ratu Tisha.

"Yang PSSI lakukakan sebetulnya sudah beribu-ribu hal, mulai dari diskusi dengan pihak kepolisian sampai melakukan asistensi ke klub,” ucapnya.

Menurut Tisha, jika bicara edukasi fan tentunya mencakup edukasi masyarakat Indonesia, karena ini cerminan masyarakat Tanah Air.

(Baca juga: 5 Pemain Liga Super Malaysia yang Layak Diburu Klub-klub Indonesia untuk Musim 2018)

PSSI juga sebetulnya telah menjalankan berbagai program untuk menanggulangi permasalahan suporter.

Seperti pada Piala Soeratin 2017, PSSI mengundang anak-anak SMP setempat dan mengajarkan sejak dini bahwa sepak bola itu jadi simbol persahabatan.

“Kami mulai ajarkan hal-hal mulai dari dini, PSSI melalui tangan-tangannya proaktif mengajarkan dan mengkampanyekan perdamaian,” ucap wanita berumur 31 tahun itu.

(Baca juga: Demi Lindungi Pemain, Ketegasan Pelatih Timnas U-19 Malaysia Layak Dapat Pujian)

“Saat ini, doktrin permusuhan dari suporter terdahulu sulit dihilangkan. Misalnya ketika suporter klub A bermusuhan dengan pendukung klub B, maka sampai generasi di bawahnya terdoktrin untuk musuhan."

Tisha pun mengutarakan bahwa PSSI sadar harapan publik untuk adanya perbaikan sangat besar.

Namun, PSSI selaku federasi butuh waktu untuk bisa mewujudkannya.

“Tak bisa merubah kultur itu dengan singkat, PSSI selalu proaktif dan melihat proses perbaikan untuk jangka panjang,” tutur Tisha.