Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Tim Indonesia Selection dan masyarakat Indonesia telah melihat tingginya level kualitas Tim Nasional Islandia.
Meski mengalami kendala cuaca dan teknis, tim asuhan Heimir Hallgrimsson tetap tidak kesulitan melumat Bambang Pamungkas dkk dengan kemenangan 6-0 di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Kamis (11/1/2018).
Tim Nasional Indonesia pun dijadwalkan akan menjajal Islandia di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Minggu (14/1/2018).
Pertandingan itu diharapkan bisa memberikan pelajaran bagi timnas Indonesia sebelum berlaga di ajang Asian Games 2018.
(Baca Juga: Jokowi Resmikan SUGBK Setelah Salat Magrib)
Islandia patut dijadikan contoh sebagai salah satu negara yang sanggup memajukan pesepakbolaan negaranya.
Mereka merupakan tim yang mengalami peningkatan besar di dunia sepak bola dalam beberapa tahun terakhir.
Keberhasilan mereka menembus babak perempat final Piala Eropa 2016 seolah mengakhiri predikat tim kurcaci menjadi salah satu yang kini disegani.
Dalam peringkat FIFA pun sekarang mereka menempati posisi ke-21. Padahal, lima tahun silam mereka masih berada di urutan ke-131.
Pencapaian tersebut bukanlah suatu kebetulan bagi tim yang saat ini dimotori Gylfi Sigurdsson.
Hal itu merupakan manifestasi jerih payah asosiasi sepak bola negara mereka demi mengangkat prestasi timnas secara berjenjang.
Usaha tersebut mencakup pembinaan usia dini bakat-bakat lokal dan produksi pelatih berkelas secara intensif.
Sebagai negara mini yang berada di bibir garis lingkar Kutub Utara, iklim di Islandia tidak ramah untuk menggelar laga sepak bola sepanjang tahun, terutama di ruang terbuka.
Ya, di Islandia musim dingin bisa berlangsung hingga tujuh bulan. Bahkan, rata-rata temperatur pada bulan-bulan terhangat hanya 10-13 derajat celcius.
Karena itu, pemerintah lokal mengucurkan investasi besar dalam 15 tahun terakhir guna membangun puluhan lapangan artifisal standar dalam ruangan di seluruh pelosok negeri.
Tujuannya agar pemain bisa tetap mengasah talenta mereka di arena indoor pada musim dingin yang menusuk tulang. Lebih dari 150 lapangan kecil juga dibangun sebagai sarana penempaan anak-anak usia dini.
Jumlah itu cukup buat mengakomodasi rakyat Islandia yang cuma sekitar 323 ribu-an orang, lebih sedikit dari angka penduduk gabungan Kecamatan Cengkareng dan Kalideres (kira-kira 370 ribu).
Mayoritas anggota skuat Islandia terkini adalah hasil produk sistem sepak bola indoor tersebut.
Mereka rata-rata lahir antara 1980-an akhir atau 1990-an awal sehingga anak-anak di lingkar Kutub Utara itu kini sudah berubah menjadi pemuda-pemuda bertenaga segar yang memesona sebagai motor timnas.
Islandia bertumpu pada mayoritas anggota generasi indoor yang membawa tim junior mereka ke putaran final Piala Eropa U-21 edisi 2011. Ajang tersebut ialah turnamen besar pertama buat Negara Es di semua level usia.
Nama-nama seperti Gylfi Sigurdsson (Everton), Kolbeinn Sigthorsson (FC Nantes), Alfred Finnbogason (Olympiacos), serta kapten Gunnarsson (Cardiff) berlanjut menjadi pilar tim senior.
Kuartet itu berkelana ke klub-klub kondang Eropa sejak remaja dan kini menerapkan ilmu hasil perjalanan buat negara mereka.