Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia, Syed Saddiq Syed Abdul Rahman berjanji akan merombak sistem pembinaan usia dini, setelah timnas U-16 Malaysia tersingkir di Piala Asia U-16 2018.
Malaysia dipastikan tersingkir usai kalah 0-2 dari Jepang di laga terakhir Grup A Piala Asia U-16 2018, Kamis (27/9/2018).
Kekalahan ini membuat Malaysia tersungkur di dasar klasemen akhir Grup A dengan koleksi tiga poin, sekaligus menghentikan mimpi Malaysia berlaga di Piala Dunia U-17.
Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia, Syed Saddiq Syed Abdul Rahman berjanji akan merombak sistem pembinaan usia dini.
Langkah pertama yang ia lakukan yaitu akan meninjau gaji dari pelatih timnas U-16 Malaysia, Lim Teong Kim.
(Baca juga: Piala Asia U-16 - Rekam Jejak Calon Lawan Indonesia di Perempat Final, Siapa yang Harus Ditakuti?)
"Saya mendengar jika gajinya setiap bulan mencapai 175.000 ringgit (setara 629 juta rupiah) yang dibayar penuh oleh Komite Olahraga Nasional. Kontrak dan jabatannya pun harus ditinjau kembali," ujar Syed Saddiq dilansir BolaSport.com dari Channel News Asia.
Diberitakan BolaSport.com sebelumnya, 3 jam setelah kepastian Malaysia tersingkir, pelatih Lim Teong Kim langsung dipecat oleh FA Malaysia.
Meski dipecat sebagai pelatih, Lim tetap masih menjabat sebagai kepala program pengembangan (NFDP) di FAM.
Timnas U-16 Malaysia memang terbentuk di bawah naungan NFDP. Lim ditunjuk sebagai kepala NFDP pada 2013.
"Setelah 10 juta dollar dihabiskan, sepak bola kami masih di sini saja. Jelas ada yang harus diperbaiki dan kami tak bisa bilang kami aman atau dalam posisi nyaman," katanya.
Menurut Syed Saddiq, alokasi dana untuk NFDP tak sebanding dengan gaji milik Lim Teong Kim yang mencapai ratusan juta rupiah per bulan.
(Baca juga: Berita Timnas U-16 Indonesia - Satu Kaki Menapaki Piala Dunia hingga Partai pada Hari Sakral)
"Pada tahun pertama (2014), NFDP menerima 10 juta ringgit (dari dana yang dijanjikan 20 juta ringgit). Jumlah tersebut terus turun 7 juta ringgit hingga 3,5 juta ringgit (pada 2015-2017)."
"Dengan kendala finansial seperti itu, saya heran kenapa ia (Lim) masih dibayar 175.000 ringgit (sekitar 629 juta rupiah) perbulan," ujarnya.