Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Kabar Legenda: M. Zein Al Hadad - Monumen Hidup Kejayaan Niac Mitra

By Rabu, 10 Oktober 2018 | 13:34 WIB
Pelatih Persija Jakarta, Muhammad Zein Al hadad, saat berkunjung ke Tabloid BOLA pada Selasa (4/10/2016). (WESHLEY HUTAGALUNG/JUARA.NET)

Sepak bola Indonesia era 1980-an hingga pertengahan 1990-an mengenal sebuah kompetisi elite bernama Galatama yang sempat bergulir selama 13 musim (1979-1994). Kompetisi ini telah hilang setelah dilebur jadi satu dengan Perserikatan demi melahirkan era profesional pada 1994.

Penulis: Indra Citra Sena

NIAC Mitra merupakan salah satu penguasa ajang ini, terutama dekade 1980-an di mana klub yang bermarkas di Surabaya tersebut merengkuh titel sebanyak tiga kali.

Catatan itu menjadi rekor terbaik di kalangan kampiun lain bersama Pelita Jaya.

Masa kejayaan NIAC Mitra memunculkan satu nama yang selalu terlibat dalam setiap keberhasilan merengkuh trofi, mulai dari edisi 1980/82, 1982/83, hingga 1987/88.

Siapa lagi kalau bukan Muhammad Zein Al Hadad, sang striker haus gol keturunan Arab.

Al Hadad tercatat berada dalam skuat NICC Mitra sejak musim perdana Galatama (1979/80). Dia memang sudah tergabung di klub yang identik dengan seragam hijau ini sebelum kompetisi semi-amatir diputar oleh PSSI.

"Sebelum ada Galatama itu nama klub belum Niac Mitra, tapi Mitra Muda. Saya berjuang di sana dari tim junior sampai menembus tim utama. Di Galatama I, kami bisa langsung menduduki posisi runner-up di bawah Warna Agung," kata Al Hadad kepada BOLA saat ditemui di Jakarta, Minggu (7/10).

Berselang semusim kemudian, NIAC Mitra akhirnya mencicipi sensasi menjuarai Galatama.

(Baca Juga: Kesederhanaan Zulkarnain Lubis yang Membawa Kejayaan Timnas Indonesia di Masa Lalu)

Sukses yang berulang di musim berikutnya saat bermaterikan pemain-pemain top nasional plus dua legiun asing asal Singapura, David Lee dan Fandi Ahmad.

"Kami waktu itu memakai pemain asing karena aturan baru PSSI pada 1982, tapi setahun kemudian dihapus. Keberadaan David dan Fandi memang memperkuat tim, tapi sesungguhnya materi pemain lokal NIAC Mitra memang sudah bagus sehingga layak juara edisi 1982/83," ucap Al Hadad.

Pria yang akrab disapa Mamak ini tidak ketinggalan bercerita soal pencapaian emas terakhir NIAC Mitra. Sebuah kenangan indah bagi Al Hadad mengingat kala itu dia mempersembahkan titel Galatama ketiga sebagai kapten tim.

Momentum kepastian juara NIAC Mitra terjadi pada laga melawan Semen Padang, 30 Maret 1988. Ketinggalan lebih dahulu di babak pertama, pasukan Mohammad Basri memukul balik berkat kontribusi Kusnan (52’) plus Mamak (63').


M. Zein Al Hadad (jongkok/keenam dari kiri memegang trofi), saat menjadi pemain NIAC Mitra memenangi kompetisi Galatama 1987-1988.(ZAENAL EFFENDI/DOK. BOLA)

Hal ini membuat NIAC Mitra yang sesungguhnya masih menyisakan dua pertandingan bisa bersantai. Duel sengit kontra duo rival utama dalam perburuan titel, Arseto dan Pelita Jaya, tak lagi menentukan lantaran sekadar formalitas belaka.

Memori Deltras

Sayang, dua tahun setelah juara, NIAC Mitra bubar pada 1990. Al Hadad sempat bermain sebentar di Assyabaab Salim Group (ASSG) sebelum memutuskan gantung sepatu dan beralih profesi menjadi pelatih di usia yang sebetulnya belum terlalu uzur.

"Seingat saya dulu umur 30 atau 31 saya pensiun lalu mengikuti kursus kepelatihan. Saya bertugas sebagai asisten pelatih ASSG selama semusim (1991-1992) kemudian naik jabatan pelatih utama," tuturnya.

Mamak tercatat pernah melatih belasan klub, tapi Deltras Sidoarjo-lah yang paling meninggalkan kesan manis. Dia mengantarkan klub berjulukan The Lobster ini meraih peringkat ketiga Piala Indonesia 2008-2009.

(Baca Juga: Cerita Si Kijang Arema, Latihan Berjam-jam demi Manjakan Striker)

"Saya sangat bangga karena saat itu skuat kami terbilang pas-pasan. Legiun asing hanya mengandalkan Danilo Fernando dan Edesio Sergio de Oliveira Junior, tapi alhamdulillah bisa berprestasi. Saya juga diganjar penghargaan Best Coach musim itu," katanya.

Kini, Mamak sedang menikmati hidup karena tak lagi melatih klub. Terakhir kali ia menukangi Persija Jakarta di TSC 2016 dan Persida Sidoarjo di Liga 2 2017.

"Ada yang menawari, tapi saya merasa tidak cocok. Jadi ya begini saja. Menikmati hidup sambil bersilaturrahmi dengan kerabat," ucap Mamak.

MUHAMMAD ZEIN AL HADAD

Lahir: Surabaya, 19 September 1961

Karier Klub

Karier Melatih

  • 1991-1992 Assyabaab SG (asisten)
  • 1993-1997 Assyabaab SG
  • 2002 Persijatim Solo FC
  • 2003 Persebaya
  • 2004-2005 Indonesia U-20 (asisten)
  • 2006 Persim Maros
  • 2007 Persab Belu NTT
  • 2008-2009 Deltras Sidoarjo
  • 2010 PS AD
  • 2011-2012 Manado United
  • 2014-2015 Indonesia U-23 (asisten)
  • 2016 Persija Jakarta
  • 2017 Persida Sidoarjo

Karier Timnas

  • 1986-1988 Indonesia

Prestasi

Juara Galatama 1980/82, Juara Galatama 1982/83, Juara Galatama 1987/88 (NIAC Mitra), Best Coach Piala Indonesia 2008/09 (Deltras)

*Baca ulasan lebih lengkap di Tabloid BOLA edisi 2911, terbit Selasa (9/10/2018).

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 

Kopa Trophy adalah penghargaan untuk pemain muda berbakat. France Football lah penggagasnya. . Favorit kalian? #kopatrophy #francefootball

Sebuah kiriman dibagikan oleh BolaSport.com (@bolasportcom) pada

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P