Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Marquez Beri PR Buat Ducati

By Selasa, 24 Oktober 2017 | 23:05 WIB
Pebalap Repsol Honda, Marc Marquez, berpose dengan trofi yang didapat setelah menjuara GP Australia di Sirkuit Phillip Island, Minggu (22/10/2017). (PETER PARKS/AFP PHOTO)

Sungguh tak ada yang menduga hasil GP Australia hari Minggu (22/10.2017) begitu antiklimaks. Marc Marquez menang itu sudah diprediksi, tetapi Andrea Dovizioso finis di posisi 13?

Penulis: Arief Kurniawan

Harapan akan terciptanya duel klasik 93 vs 04 pun sirna.

Bahkan, di tengah lomba, Marquez mesti harus melihat ke belakang keberadaan lawannya itu dua kali, di mana Dovi berada.

Aksi itu sungguh tak lazim dilakukan saat balapan.

Kalau waktu free practice atau kualifikasi, itu biasa.

Apalagi Marquez melakukannya di tengah kerumunan pebalap, yang tentu saja berbahaya dan berisiko tinggi untuk terjadinya tabrakan beruntun.

“Yang pertama untuk melihat ternyata Dovi masih di Tikungan 3, sementara yang kedua melihat apakah dia masih di sana,” kata Marquez, yang melakukan aksinya selepas Tikungan 4 itu.

Belum lincah

Penampilan antiklimaks Ducati ini memang di luar dugaan.

Ketika selama lebih dari 20 lap ada delapan pebalap berebut posisi pertama, Dovi sebagai kandidat juara dunia malah bertarung jauh di belakang untuk berebut posisi 12!

Yang berebut waktu itu adalah Honda, Yamaha, dan Suzuki.

Bahkan saat finis, Ducati kalah dari motor pendatang baru, KTM.

Pebalap terbaik Ducati adalah Scott Redding, yang finis di posisi 11.

Baru diikuti oleh Dovi (13), Karel Abraham (14), dan Jorge Lorenzo (15).

Dengan Marquez menang dan Dovi finis sejauh itu, selisih poin mereka dari tadinya 11 menjadi 33.

Marquez benar-benar memberi PR besar buat Ducati.

“Saya lebih senang melihat selisih poin itu,” kata Marquez.

(Baca Juga: Daftar Lengkap Penerima Penghargaan di FIFA Football Award Edisi 2017)

PR itu adalah bahwa walau perkembangan motor Italia itu dari 2016 ke 2017 sudah sangat pesat, tetapi mereka masih bermasalah di trek yang cepat dan mengalir (fast and flowing).

Artinya, motor Ducati masih belum lincah bila mesti diajak berubah-ubah arah secara cepat dan konsisten.

Dua sirkuit paling ekstrem untuk model seperti itu, Assen di Belanda dan Phillip Island di Australia, Ducati keok.

Di Assen agak lebih baik, karena Danilo Petrucci kalah tipis dari Valentino Rossi. Namun, selebihnya mengecewakan.

Apalagi bila ditambah hasil-hasil di sirkuit serupa, yang tak seekstrem kedua trek di atas, yakni Termas de Rio Hondo (Argentina), Sachsenring (Jerman), dan Aragon (Spanyol).

Kelemahan Ducati kian kentara.

“Ini hasil yang mengecewakan karena Ducati secara umum tampil buruk. Kami telah memperbaiki banyak aspek dibanding tahun lalu, tapi ketika berlaga di trek seperti ini di mana rem tak banyak terpakai dan segudang belokan cepat, semua keterbatasan kami tereksploitasi,” ujar Dovi.

Walau belum tuntas, Ducati mesti menunda lagi keinginan mereka melahirkan juara dunia.

PR mereka cuma satu, tetapi efeknya besar.

 

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P