Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pengamat MotoGP, Carlo Pernat, menyebut krisis yang dialami Yamaha masih akan terus berlanjut.
Pabrikan asal Iwata itu sudah mengalami puasa kemenangan dalam 21 seri balap terakhir.
Sebagai informasi BolaSporter, ini adalah periode terburuk yang dialami Yamaha sejak tahun 1998.
(Baca Juga: Sebut Motor seperti Kotoran, Pebalap Ini Akhirnya Minta Maaf kepada Timnya)
Menurut mantan manajer Marco Simoncelli itu, Yamaha belum mampu menemukan pengganti sosok Masao Furusawa.
"Di Yamaha, fase Masao Furusawa berakhir dan yang baru telah dimulai, namun ada kekurangan kecerdikan di antara para insinyur," kata Carlo Pernat dikutip BolaSport.com dari GPOne.
Masao Furusawa merupakan aktor di balik kebangkitan Yamaha pada musim 2004 bersama Valentino Rossi.
Berkat tangan dingin Furusawa, Yamaha M1 mampu berubah menjadi motor yang kompetitif.
Rossi yang saat itu baru bergabung dengan tim Yamaha dapat langsung meraih gelar juara MotoGP.
Masao Furusawa kini sudah tidak lagi berada di garasi Yamaha sejak pensiun dari dunia balap pada 2010.
Posisi Furusawa digantikan oleh Kouji Tsuya yang menjadi pemimpin dalam pengembangan motor Yamaha M1.
(Baca Juga: Filipina Banding, Jordan Clarkson Diperbolehkan Tampil di Asian Games 2018)
Meski saat ini Yamaha mulai bergerak untuk memperbaiki kekurangan mereka, Pernat menyebut krisis Yamaha masih berlangsung pada musim depan.
"Ini akan menjadi masalah besar, karena krisis akan terus berlanjut hingga tahun depan dan kesenjangan terus meningkat," ujar Pernat lagi.
"Rossi dapat bisa tampil bagus di trek tertentu, seperti di Malaysia atau Australia, tetapi untuk trek lain situasinya rumit, mengingat Vinales benar-benar hancur pada musim ini," lanjutnya.
Sementara itu, Rossi dan Vinales sudah menyumbangkan 8 podium dari 11 seri balap yang sudah berlangsung meskipun belum mampu memenangkan balapan.