Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Valentino Rossi: Pilih Mesin untuk MotoGP 2019 adalah Hal Mudah, tetapi...

By Diya Farida Purnawangsuni - Sabtu, 1 Desember 2018 | 14:04 WIB
Pebalap Movistar Yamaha, Valentino Rossi, tersenyum setelah meraih posisi kedua saat kualifikasi MotoGP Thailand di Sirkuit Buriram, Thailand, Sabtu (6/10/2018). ( DOK. MOTOGP )

Pebalap Movistar Yamaha, Valentino Rossi, mengaku tidak menemui kesulitan untuk memilih mesin yang akan dipakai pada MotoGP 2019.

Namun, bukan berarti pekerjaan rumah (PR) tim Movistar Yamaha sudah selesai.

Menurut Valentino Rossi, tim pabrikan Jepang itu masih memiliki banyak PR agar bisa bersaing dengan Honda, Ducati, bahkan Suzuki.

"Ya, saya pikir dari mesin-mesin yang kami telah coba dalam beberapa hari ini, cukup mudah untuk membuat keputusan," kata Rossi yang dilansir BolaSport.com dari situs resmi MotoGP.

"Hari ini kami bekerja dan hasilnya sedikit lebih baik. Kami terutama meningkatkan kecepatan. Jadi, saya harap Yamaha melanjutkan pekerjaan mereka dan menghasilkan hal yang lebih baik pada bulan Februari," kata dia lagi.

Baca juga:

Valentino Rossi meraih hasil yang kurang oke pada tes pramusim MotoGP 2019 di Valencia dan Jerez, Spanyol.

Pada tes Valencia, pebalap Italia berjulukan The Doctor itu mencatatkan waktu putaran terbaik kesembilan dalam hasil kombinasi.

Sementara itu, rekan setimnya, Maverick Vinales berada di urutan teratas.

Adapun pada tes Jerez, Rossi cuma bisa menempati peringkat ke-11 dalam hasil kombinasi, sedangkan Vinales berada di urutan keempat.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on