Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Lapangan tenis selayaknya punya tempat khusus di gedung olahraga atau di luar ruang. Namun lapangan tenis di kota Milan ini cukup berbeda.
Tidak tampak altar untuk perjamuan suci bagi umat nasrani, justru ada yang berbeda dari salah satu sudut gereja tua di Milan, Italia ini.
Bukan deretan kursi kayu khas gereja-gereja katedral Eropa, lantai gereja tersebut justru tergambar cantik semburat garis-garis lapangan tenis.
Telah tersedia raket, net, dan bola tenis, siapapun boleh menjajal sensasi bermain tenis di dalam Gereja Santo Paulus di jantung Italia ini.
Bahkan untuk mereka yang ingin melepas dahaga, tersedia pula ice jasmine tea di salah satu sudut lapangan tenis dengan warna oranye menyala tersebut.
Tetapi bukan itu yang menjadikannya spesial, jika diperhatikan di sekeliling lapangan tenis ini terhampar mahakarya seni sejak abad ke-16.
Keberadaan lukisan, patung, dan arsitektur kuno tersebut menghadirkan nuansa berbeda tak seperti lapangan tenis di gedung olahraga.
Deretan lukisan yang menggambarkan kehidupan Paulus -orang suci bagi umat nasrani- yang menghiasi dinding gereja merupakan karya Campi bersaudara.
Antonio Campi dan Giulio Campi merupakan seniman lukis Italia yang berjaya di masa Renaisans, tepatnya pada medio 1500-an jelang abad ke-16.
Dilansir BolaSport.com dari Lonely Planet, Senin (18/12/2017), instalasi lapangan tenis di dalam bangunan ini adalah karya Asad Raza, seorang seniman asal New York, Amerika Serikat.
Karya berjudul Untitled (Plot for Dialogue) ini disajikan di gereja yang sudah beralih fungsi menjadi studio seni tersebut.
Sejak 2014, CLS Architects mengubah gereja yang lama tak terpakai tersebut menjadi sebuah ruang kreasi.
Mereka menyediakan ruang untuk para seniman menggelar pameran, eksibisi, dan konser bagi para musisi.
Konsep studio bertajuk Converso ini mendorong agar para seniman mengusung berbagai proyek berkaitan dengan sejarah dan arsitektur, termasuk lapangan tenis karya Asad Raza ini.
Tak hanya bagi seniman yang menggelar karya di Converso, setiap pengunjung yang hadir pun diharapkan mendapatkan pengalaman serupa.