Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
"Panic on the streets of London" bukan sekadar kalimat pembuka lagu "Panic" yang dipopulerkan grup musik legendaris The Smiths. Kondisi itu benar terjadi pada Kamis (14/9/2017) waktu setempat.
Jalanan London, khususnya mulai Stasiun Highbury & Islington menuju Stadion Emirates, menjadi jalur parade suporter FC Koeln.
Pendukung fanatik klub Jerman itu datang untuk mendukung Koeln bertandang ke markas Arsenal dalam partai fase grup Liga Europa.
Menurut laporan media Inggris, ada sekitar 20.000 orang ikut dalam long march ke Emirates.
Pada awalnya, antusiasme suporter Koeln menghadirkan apresiasi karena membuat jalanan yang sepi menjadi sangat meriah dengan nyanyian membara serta tabuhan drum.
(Baca Juga: Hasil Liga Europa Grup A sampai F - Lagi dan Lagi, AC Milan Mengamuk!)
Hanya, karena massa terlalu membeludak, kondisi tak terkendali.
Oknum suporter terekam melakukan pemukulan kepada warga sekitar atau pendukung rival yang bersinggungan di jalan.
Der erste größere Fan-Marsch durch Londons City. Die #Effzeh-Ultras sind da. pic.twitter.com/uWRjittiKF
— BILD 1. FC Köln (@BILD_FC) September 14, 2017
Pengrusakan muncul di sekitar stadion karena para suporter Koeln yang tak memiliki tiket memaksa hendak masuk stadion.
Mereka merusak pagar di luar pintu masuk. Sejumlah oknum dilaporkan ditangkap polisi.
Fan yang berada di dalam arena juga berulah. Mereka mengokupasi bagian tribune yang diperuntukkan bagi fan tuan rumah.
FC Koln have arrived & theyve brought 70% of any atmosphere the emirates will have tonight. pic.twitter.com/wlm9sG1XHg
— EmanDaGoon (@EmanDaGoonn) September 14, 2017
Ultras alias pendukung garis keras FC Koeln juga menyalakan flare di tribune.
Jurnalis senior Inggris, Robert Preston, menggambarkan tindakan tak terpuji suporter tamu lewat akun Twitter.
"Fan Koeln ini adalah aib. Mereka melakukan salut ala Nazi. (maaf) Buang air kecil di tangga. Solidaritas saya sedang diuji," ucap Preston.
Kick-off pertandingan pun sempat diundur selama satu jam atas dasar alasan keamanan.
Seperti dilaporkan BBC, suporter Koeln yang melakukan tindakan vandalisme adalah mereka yang tak memiliki tiket.
Fan yang datang sekitar 20.000, sedangkan alokasi tiket buat suporter away yang hanya 2.900 lembar memicu emosi mereka yang tak kebagian.
We just had this coming down the street. Koln fans arriving for a trip to the Emirates Stadium. Long walk! pic.twitter.com/tUPHNTvx4r
— Ken Loach (@KenLoachSixteen) September 14, 2017
Aksi semacam ini seperti sudah awam bagi fan garis keras FC Koeln.
Di Jerman, ada tiga kelompok ultras mereka yang menjadi perhatian publik dan pihak keamanan, di antaranya Wilde Horde, Boyz, dan Coloniacs.
Sisi baiknya, rombongan suporter fanatik ini setia memadati tribune kandang Koeln setiap mereka bertanding.
Wilde Horde, misalnya, terkenal dengan seni koreografi unik dan meriah dengan bendera-bendera raksasa.
Sisi negatifnya, mereka seperti tak peduli dengan peringatan demi peringatan yang dikeluarkan akibat sederet pelanggaran.
Nyala flare pun seperti lazim saja di tiap laga.
Pada April lalu, setelah dihukum akibat menyalakan suar di stadion, ultras Koeln membentangkan suporter bernada intimidasi buat bos besar Hoffenheim, Dietmar Hopp.
More riot dogs on display at the Emirates in front of the away crowd. pic.twitter.com/mDLxjOdVuH
— Squawka News (@SquawkaNews) September 14, 2017
Ada juga laporan pelemparan terhadap bus pemain Hoffenheim.
Hopp melaporkan kejadian ini yang langsung diinvestigasi Federasi Sepak Bola Jerman (DFB).
"Fakta bahwa kami memiliki masalah dengan pendukung garis keras memang jelas. Kami harus berurusan intensif dengan hal ini," kata Joerg Schmadtke, Managing Director FC Koeln, dikutip BolaSport.com dari Koelner Stadt Anzeiger.
Meski begitu, tetap banyak pihak yang menilai aksi suporter FC Koeln masih di dalam batas kewajaran dan malah membuat stadion lebih meriah.
Di tengah lawatan berapi-api pendukung Koeln di Emirates, mereka harus pulang dengan menerima kekalahan 1-3 dari Arsenal.