Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Menurut penulis asal Uruguay, Eduardo Hughes Galeano, mencetak gol sama halnya mencapai titik klimaks dalam hubungan seksual.
"Mencetak gol adalah orgasmenya sepak bola," jelas penulis sekaligus jurnalis sepak sola yang wafat pada 2015 lalu dalam bukunya, "Soccer in Sun and Shadow".
Memang, tak ada yang lebih menyenangkan dibanding mencetak gol saat bermain sepak bola.
Maka dari itulah merayakan gol dengan selebrasi meriah sering dilakukan pesepak bola usai membobol gawang lawan.
Hanya saja selebrasi berlebihan menjadi bumerang bagi para pemain.
Masih ingat dengan selebrasi akrobatik mantan bek Chelsea, Celestine Babayaro, yang terlalu lebay meluapkan ekspresinya usai mencetak gol pada tahun 1997?
Baru bergabung dengan Chelsea dari Anderlecht, Babayaro melakukan salto usai membobol gawang Stevenage di laga persahabatan.
Kaki Babayaro pun patah, penggawa timnas Nigeria itu harus menepi sampai bulan selanjutnya untuk melakukan debut bersama Chelsea.
(Baca Juga: Luis Milla Minta PSSI dan Masyarakat Indonesia Jaga Warisan Pemain Muda)
Selebrasi akrobatik seperti salto memang berbahaya karena pemain bisa saja menderita cedera atau bahkan bisa merenggut nyawa sang pemain bila gagal mendarat.
Hal seperti itu pernah terjadi tepat tiga tahun lalu pada tahun 2014.
Nama pemain itu adalah Peter Biaksangzuala yang bermain untuk klub sebelah barat laut India, Bethlehem Vengthlang FC.
Mencetak gol penyama kedudukan di menit 62 ke gawang Chanmari West, Peter berselebrasi salto di laga yang berlangsung pada Selasa (14/10/2014).
Namun pendaratannya tak sempurna karena ia mendarat di tanah dengan kepalanya.
Mengetahui Peter tak sadarkan diri rekan setimnya meminta staf pelatih masuk ke lapangan.
Ia langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat Aizawl saat dalam kondisi tak sadarkan diri.
Nahas bagi Peter, karena tepat pada tanggal 19 Oktober 2014 ia menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 23 tahun di Rumah Sakit Umum Aizawl, Mizoram, India.
Lewat hasil pemeriksaan, disebutkan Peter meregang nyawa karena terdapat kerusakan pada saraf tulang belakangnya.
"Hari yang menyedihkan bagi sepak bola Mizoram yang menjadi kehilangan terbesar bagi rekan setim, sesama pesepak bola dan fan di Mizoram," jelas Mizoram Premier League dalam akun Facebook-nya.
"Peter adalah pemain bertahan yang bermain agresif dan penuh determinasi, pemain yang benar-benar bermain untuk tim."
Sama halnya dengan kiper Persela Lamongan Choirul Huda yang belum lama ini berpulang dan jersey nomor satu yang ia pakai dipensiunkan pihak klub, Bethlehem saat itu juga mempensiunkan nomor jersey yang dipakai Peter.
"Tempat Peter bermain Bethlehem Vengthlang FC akan mempensiunkan jersey 21 yang ia kenakan," ucap akun Mizoram Premier League.
A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on