Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Hubungan Indonesia dengan Belanda seperti dua sisi mata uang yang saling berkaitan jika itu terkait sejarah. Kedua negara ini punya cerita masa lalu yang tak muda dilupa oleh generasi ke generasi.
Sekitar 350 tahun lamanya negeri Kincir Angin berkuasa di Tanah Air membuat bangsa ini tak muda melupakan kisah lawas itu.
Sejarah ini pun seperti terus berlanjut untuk anak cucu ke generasi berikutnya. Terlebih melihat kuartet berdarah Belanda yang memperkuat klub Bali United di Liga 1 saat ini.
Sylvano Comvalius, Nick Van der Velden (VdV), Irfan Harrys Bachdim, dan teranyar Stefano Lilipaly adalah aktor lapangan hijau yang kental beraroma Belanda dalam setiap aksi mereka.
Meski dua diantaranya, Irfan Harrys Bachdim dan Stefano Lilipaly sudah resmi berwarga negara Indonesia, toh keduanya juga memperlihatkan kekompakan bersama dua koleganya ketika merayakan gol dengan menyilangkan tangan kedepan.
"Itu simbol kota kelahiran kami di Amsterdam." kata Sylvano kepada BolaSport ketika pertama kali dia mencetak gol ke gawang Persipura Jayapura di Stadion Kapten I Wayan Dipta pada 23 April. Saat itu, Bali United takluk 1-2.
Kini, kualitas keempatnya tak usah diragukan. Justru terlihat semakin kompak dan garang dalam urusan menghancurkan barisan pertahanan tim mana pun.
Sylvano, VdV, dan Bachdim bahkan sudah membuktikan ke manajemen Bali United bahwa mereka layak menjadi bagian utama di tim yang bermetamorfosa dari Persisam Putra Samarinda ini. Sedangkan Stefano Lilipaly pada dua laga turun sebagai pemain pengganti sudah perlihatkan kematangannya.
Menurut Djanur, Bali United Mulai Berkembang Pesat Sejak Ditangani Indra Sjafri https://t.co/Au17wqSJQX lewat @TribunSuperBall
— BolaSport.com (@BolaSportcom) September 6, 2017
Sementara seorang Sylvano Comvalius sendiri bahkan kini nangkring di singgasana sebagai ujung tombak tertajam dengan 25 gol. Pundi-pundi gol ini akan semakin bertambah banyak jika melihat sisa laga putaran kedua yang masih banyak.
"Dia punya peluang untuk menambah golnya jika melihat performanya seperti itu. Seakan mudah saja dia menjebol gawang lawan dengan sodoran dan umpan-umpan manja dari rekan serumpun," kata Ida Bagus Mahayasa, mantan striker andalan Gelora Dewata, klub profesional pertama di Bali pada kompetisi Galatama era tahun 1980-1990an.
Sekarang dengan 11 laga tersisa, sepertinya keempat pemain akan semakin menyiksa tim-tim calon lawan Bali United hingga berakhirnya musim.
Kans menuju ke podium juara pun terbuka lebar bagi pasukan dari juru racik Widodo Cahyono Putra, jika apa yang diramalkan Ida Bagus Mahayasa selaku legenda sepakbola Bali ini dilakukan, yaitu mempertahankan performa terbaik dan tentunya selalu kompak memahami taktik dan strategi dari pelatih.
"Dalam beberapa laga terakhir sudah terlihat menjanjikan untuk juara. Tapi dengan syarat mereka terus pertahankan performa dan konsistensi tim. Apalagi jika keempat pemain berdarah Belanda ini dalam kondisi fit. Maka tinggal menunggu waktu saja masyarakat Bali akan berpesta untuk kali pertama di Liga Indonesia." ucap Mahayasa.