Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Striker Bali United, Sylvano Comvalius, menjadi pencetak gol terbanyak Liga 1 (25 gol) hingga pekan ke-22. Koleksi itu jauh di atas peringkat kedua, Marclei Santos (Mitra Kukar), yang baru mencetak 14 gol. Pemain asal Belanda itu pun kini di ambang pemecahan beberapa rekor di liga.
Penulis: CW-1/Ferry Tri Adi
Pertama tentu soal Sylvano yang baru saja mengusangkan rekor Jacksen F. Tiago pada 1996/97. Striker berusia 30 tahun itu menjadi pencetak 25 gol tercepat dalam satu musim.
Sylvano melakukannya hanya dalam 22 pekan. Rekor sebelumnya di liga tertinggi Indonesia ialah atas nama Jacksen: 25 gol dalam 24 pekan.
Jebolan Ajax Amsterdam itu juga masih bakal terus berlari mengejar beberapa rekor di depan.
Pada era Liga Super Indonesia (LSI), rekor gol dalam semusim masih dipegang Boaz Solossa dan Cristian Gonzales (28).
Sementara itu, pada era Liga Indonesia, Peri Sandria masih teratas dengan torehan 34 gol semusim.
Pertanyaan yang mengemuka ialah bisakah Sylvano melewati rekor-rekor tersebut? Rekor Boaz dan Gonzales yang paling mungkin dilewati mengingat masih ada 12 pekan tersisa.
Pemilik nomor punggung 99 itu cuma membutuhkan tiga gol lagi untuk menyamai catatan dua pemain Indonesia tersebut.
Tiga laga selanjutnya bisa dikedepankan menjadi sasaran Sylvano memecahkan rekor.
Namun, yang perlu diingat ialah ketiga lawan berikutnya (Persija, Persib, dan Borneo FC) merupakan tiga tim teratas dalam urusan kebobolan paling sedikit.
Sebetulnya Sylvano cuma membutuhkan sembilan gol lagi untuk menyamai torehan Peri.
Kalau dirata-rata, eks pemain Dynamo Dresden (kasta kedua Liga Jerman) itu membutuhkan 0,75 gol per laga dalam 12 pekan sisa.
Menilik kondisi itu, Bali United pun berada di depan mendukung hasrat Sylvano.
“Ketika saya datang ke Bali, saya melihat Sylvano kurang kuat sebagai striker. Kemudian dia saya beri latihan penyelesaian akhir," tutur Widodo C. Putro, pelatih Bali United.
"Setiap pemain saya bebaskan berlatih 10-15 menit sehabis latihan reguler dan latihan itu wajib. Sylvano menggunakan waktu itu untuk penyelesaian saat menerima umpan silang dan tembakan," ucapnya lagi.
"Pelatih fisik juga saya minta melatih kekuatan dia. Selain itu, dia juga punya inisiatif meningkatkan porsi latihan untuk makin kuat lagi. Sebagai penyerang, pengalaman saya juga membantu dia."
"Saya pernah berkelakar: ‘Kamu harusnya malu karena saya pernah cetak gol tanpa melihat.’ Yang bikin saya senang ialah dia respek terhadap evaluasi yang saya berikan,” kata eks penyerang timnas ini.
Eksekutor dan Komunikasi Melewati rekor Peri bukanlah hal sulit bagi Sylvano.
Pasalnya, semua perangkat tim mendukung hal itu.
Selain sang pelatih, kondisi tim boleh dibilang sangat nyaman buat Sylvano.
Komunikasi dengan dua penggawa berdarah Belanda lain, Irfan Bachdim dan Nick van der Velden, makin membuat lini depan Bali United padu.
Belum lagi klopnya Sylvano dengan playmaker Marcos Flores.
“Perubahan posisi Nick juga memengaruhi ketajaman Sylvano.
Nick punya kemampuan mengirim umpan bagus dan komunikasi pemain berdarah Belanda ini mempermudah kerja sama,” kata Widodo.
Pelatih berusia 46 tahun itu juga mendukung gol Sylvano dalam berbagai skema, salah satunya bola mati.
“Saya sudah menentukan eksekutor penalti dengan urutan Marcos, Fadil Sausu, dan Sylvano. Namun, semua tergantung kondisi di lapangan," tutur Widodo C Putro.
"Kemarin Nick ingin mengambil penalti atas persetujuan pemain di lapangan. Begitu juga nanti jika Sylvano ingin melakukan hal itu untuk mendongkrak jumlah gol dia,” tuturnya lagi.
Jika tidak aral melintang seperti cedera dan tetap konsisten dalam penampilan, Sylvano rasanya bisa mencapai rekor Peri.
“Pelatih Widodo sangat tenang sejak hari pertama. Dia memiliki chemistry yang baik dengan tim. Beberapa pemain membutuhkan pelatih keras, tapi ada yang butuh pelatih tenang," ucap sang striker.
"Dia selalu membantu saya untuk menjadi top scorer. Saya dilatih penyelesaian akhir. Selain itu, ada dukungan dari rekan-rekan yang berandil terhadap gol saya. Saya mencetak gol dalam 11 laga beruntun!” tutur Sylvano.