Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pemain Semen Padang, Marcel Sacramento, berada cukup dekat dengan Choirul Huda setelah benturan yang menyebabkan pemilik nama terakhir meninggal dunia, Minggu (15/10/2017).
Dalam laga Liga 1 antara Persela Lamongan dan Semen Padang, Choirul Huda dan Ramon Rodrigus ingin menghalau bola dari Marcel ke pertahanan Persela.
Kemudian, striker Semen Padang asal Brasil itu berduel dengan Ramon. Lalu, Huda coba mengadang lajun bola.
Namun, Huda seperti tak melihat ada Ramon yang berlari bersama Marcel.
“Saat kejadian, Choirul Huda maju mendekati bola yang hampir dapat saya tendang. Namun, saya sama sekali tak berbenturan dengan Huda,” kata Marcel.
(Baca Juga: Liverpool Vs Manchester United - Romelu Lukaku Buntu Lagi, Catatannya Masih Kalah Jauh dari Jamie Vardy)
”Dia seperti tak melihat Ramon yang juga tengah berlari bersama saya, lalu keduanya berbenturan. Pinggang Ramon membentur rusuk Huda,” tutur Marcel menambahkan.
Marcel juga melihat Huda tergeletak setelah terlibat tabrakan keras tersebut.
Lidah penjaga gawang yang setia dengan Persela itu terjulur ke samping dan tak sadarkan diri.
Atas kejadian tersebut, Marcel dan manajemen Semen Padang mengucapkan kata duka atas insiden yang menyebabkan meninggalnya Huda.
“Kami dari manajemen Semen Padang serta segenap pelatih dan pemain mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya Choirul Huda,” tutur Manajer Win Benardino.
Seperti yang diberitakan BolaSport.com di sini, mantan fisioterapis timnas, Matias Ibo, mengungkapkan beberapa hal tentang SOP tim medis dalam situasi genting seperti ini.
"Dari tindakan assesment pertama saat kiper bertabrakan apa yang harus dilakukan.
Saya lihat dari video saja. Jadi pengamatannya dari situ.
Kalau terjadi benturan di kepala, ini bukan benturan yang luar biasa sampai mengakibatkan sesuatu yang fatal.
Ini benturan yang sering terjadi seperti benturan antara lutut dan kepala dan kiper jatuh ke tanah, tindakan pertama yang dilakukanb adalah assesment (penilaian).
Saat pemain itu jatuh, tim medis sendiri harus punya penilaian dan SOP.
SOP itu berupa begini. Apabila terjadi tabrakan di kepala, apakah pemain itu masih sadar?
Kedua apakah ada luka di kapala? Kalau ada luka, itu berasal dari mana. Darah di kepala itu banyak banget meskipun lukanya sangat kecil.
Jadi tidak boleh panik. Harus tahu sumbernya.
(Baca Juga: Pemain Mitra Kukar Ini Berkisah tentang Perilaku Zlatan Ibrahimovic dan Steven Gerrard di Ruang Ganti)
Ketiga, melihat apakah ada tulang leher dan kepala yang patah atau retak. Itu harus diketahui.
Berikutnya, kalau melihat gejala-gejala tabrakan seperti tadi, yang pertama dilakukan adalah memastikan lidahnya tertelan atau tidak.
Ini bisa diketahui dari cara dia minta udara atau cara dia bergerak. Itu pertama yang harus dilakukan.
Kalau terjadi benturan keras di kepala, itu seperti momen beberapa detik seperti keram di kaki. Semuanya mengeras.
Kalau itu mengeras, otomatis sarafnya akan mati rasa sesaaat. Di situ, lidah tertelan dan kehabisan udara. Itu disebut hipoksia.
Bila terjadi hal tersebut, tindakan pertama yang dilakukan adalah miringkan tubuh korban. Kita dari belakang korban harus bisa mengeluarkan lidahnya.
Jadi tidak boleh langsung ditanduk dan dibawa. Kalau kita lihat dari videonya, dia langsung koma. Karena dia langsung terbalik setelah posisi menghadap ke atas dan terlentang.
Lidahnya jatuh dan menutupi sumber pernapasan.
Jadi yang pertama dilakukan adalah seperti yang saya sampaikan sebelumnya. Sesorang yang harus masuk ke lapangan mau tim medis dan fisio harus menguasai SOP ini."