Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Tensi panas pertandingan antara PSM Makassar dan Bali United diwarnai keributan antara Stefano Lilipaly dan Sylvano Comvalius. Padahal, dua pemain itu sama-sama berkostum Bali United.
Pertandingan PSM vs Bali United di Stadion Andi Mattalatta Mattoangin, Senin (6/11/2017), memang berjalan panas.
Hal itu tak lepas dari status kedua tim yang sama-sama masih berpeluang menjadi kampiun Liga 1.
Apalagi, Liga 1 sudah memasuki periode krusial, tersisa dua laga. Kekalahan pada pekan ke-23, akan membuat salah satu di antara PSM dan Bali United kehilangan peluang untuk menjadi juara.
Tensi panas itu terlihat seusai laga. Gol Lilipaly yang menentukan kemenangan Bali United disambut hujan botol oleh publik Mattoangin.
Wasit pengadil lapangan laga panas antara PSM Makassar kontra Bali United, Senin (6/11/2017), turut diamankan di markas Brimob.
(Baca juga : Nasib Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo Berbeda 180 Derajat Meski Nyaris Serupa Soal Jumlah Tembakan)
Akan tetapi, tensi panas sebenarnya sudah terlihat sekitar satu jam sebelum Lilipaly mencetak gol penentu kemenangan Bali United.
Lilipaly-jualah yang menjadi salah satu subjek cerita situasi panas itu.
Mantan pemain Cambuur itu dan Comvalius terlibat insiden adu pukul.
Kejadian itu bermula ketika Lilipaly mendapatkan peluang emas setelah melancarkan serangan balik ke pertahanan PSM pada menit ke-40.
Pemain naturalisasi itu memutuskan untuk melepas tendangan dari luar kotak penalti tetapi arah bola melambung tinggi di atas penjaga gawang PSM, Rivky Mokodompit.
(BACA JUGA: Terungkap! Sylvano Comvalius Ungkap Rahasia di balik Insiden Adu Pukul dengan Stefano Lilipaly)
Keputusan Lilipaly itu dianggap salah oleh Comvalius. Dia merasa posisinya lebih berpeluang untuk mencetak gol ke gawang PSM.
Comvalius pun langsung menemui Lilipaly dan langsung memukul kepalanya.
Tak senang dipukul, Lilipaly membalasnya dan terlihat adu argumen pun terjadi di atas lapangan.
Friksi itu pun dilerai oleh rekan-rekannya. Pada babak kedua, mereka sudah bekerja sama dan mengantarkan Bali United meraih kemenangan.
Seusai laga, Lilipaly mengatakan bahwa hal itu adalah biasa dalam sepak bola dan mengaku hubungannya dengan Comvalius sudah membaik.
"Semua yang kami lakukan pada pertandingan tadi malam hanya emosi sesaat," kata Lilipaly saat dihubungi BolaSport.com.
"Akan tetapi, kami semua sudah menunjukan sikap terbaiknya. Dan kejadian itu sudah tidak dipermasalahkan lagi," ucap mantan pemain Persija Jakarta tersebut.
(BACA JUGA: VIDEO - Stefano Lilipaly Adu Pukul dengan Sylvano Comvalius di Laga PSM Melawan Bali United)
Biasa. Ya, adu argumen bahkan hingga terlibat friksi tampaknya sudah biasa bagi Lilipaly dan Comvalius yang sama-sama berasal dari Belanda.
Orang Belanda mengakui bahwa mereka memang senang berdebat. Mereka melakukannya karena merasa tahu dalam segala hal.
“Kami orang-orang Belanda memang kepala batu,” ujar legenda sepak bola dunia, Johan Cruyff.
“Bahkan, ketika berada di belahan dunia lain pun kami akan mengajari orang berbuat sesuatu,” tutur maestro sepak bola Belanda itu.
(Baca juga: Waduh! Eden Hazard Bandingkan Manchester United dengan Anjingnya)
Perdebatan tidak menjadi tabu di Belanda. Sebaliknya, kebiasaan itu dihargai karena di sana setiap orang dianggap setara dalam segala hal, tak terkecuali dalam pengetahuan tentang sepak bola.
Budaya seperti itu tumbuh subur berkat perkembangan Calvinisme yang hingga kini masih menjadi dasar teologi di Belanda.
Calvinisme yang merupakan pemberontakan terhadap ajaran Katolik Roma ini mengajarkan orang untuk melihat Injil sendiri ketimbang asal percaya terhadap Pastor.
Secara tidak langsung, ini mengajari orang untuk tidak mudah tunduk terhadap otoritas.
Tidak hanya itu, ajaran itu membuat semua orang merasa “bisa dan mampu” dalam segala hal.
Dalam sepak bola, hal itu mendorong perdebatan tentang taktik karena setiap orang diasumsikan sama-sama mengerti.
A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on