Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Rasa senang seharusnya hadir di manajemen Bhayangkara FC seusai tim mereka meraih gelar juara Liga 1 musim 2017. Namun, mereka justru banyak jadi korban hujatan.
Namun tampaknya keberhasilan Bhayangkara FC untuk menjadi yang terbaik di Liga 1 2017 banyak membuat suporter Indonesia tidak bahagia.
Manajer Bhayangkara FC, Sumardji, mengaku bahwa ia sangat lelah dengan hujatan kepada klubnya dari suporter di Indonesia.
Ia mengatakan bahwa selama Bhayangkara FC juara Liga 1 2017 lebih banyak hujatan ketimbang pujian yang diterima oleh Sumardji.
(Baca Juga: Prediksi Calon Pemain Asing PS TNI dari Brasil, Penyerang dengan Sumbangan Hanya Empat Gol di Musim 2017)
"Bhayangkara FC juara itu tidak disangka-sangka karena hanya bermain bagus saja di setiap pertandingan," ucap Sumardji.
"Ketika kami juara, bukan pujian yang datang kepada kami tetapi hujatan yang didapat di media sosial. Luar biasa sepak bola Indonesia ini," kata Sumardji di Sudirman, Jakarta Pusat, Kamis (7/12/2017).
Pria asal Surabaya, Jawa Timur, itu cukup bingung mendapatkan prestasi saja banyak sekali hujatan yang datang kepada Bhayangkara FC.
Hujatan itu yang membuatnya memilih seharusnya Bhayangkara FC tidak juara di musim 2017.
(Baca Juga: 5 Pemain Asia Tenggara yang Berstatus Pilar Asing di Liga Jepang Musim 2017, Siapa Saja?)
"Kalau tahu seperti ini, lebih baik kami tidak usah juara. Kasih ke yang lain saja, beban semuanya ada di kami," kata Sumardji.
Padahal, dia menilai selama Liga 1 musim 2017, Bhayangkara FC tidak dibantu wasit untuk memberikan hadiah penalti.
Sumardji mengatakan bahwa selama Liga 1 2017, Bhayangkara FC hanya mendapatkan tujuh tendangan penalti.
Sumardji juga mengatakan bahwa ia tidak mengetahui tentang regulasi sepak bola Indonesia di awal kepemimpinannya menjabat sebagai menajer Bhayangkara FC di tahun ini.
(Baca Juga: 5 Pemain Liga Super Malaysia yang Layak Diburu Klub-klub Indonesia untuk Musim 2018)
Untuk musim 2018, Sumardji sudah mulai memahami apa yang tertulis di regulasi kompetisi Indonesia.
"Jadi manajer capai dicaci melulu. Setelah itu, kami enggak lolos Liga Champions Asia juga lagi karena tak lolos lisensi klub pro."
"Bagaimana kami terus dihujat, penalti cuma dapat tujuh. Kalau dapat 13 baru bisa berpikir," ucap Sumardji.