Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Liga 1 2017 menjadi musim terburuk Persipura sejak kompetisi nasional memasuki era Liga Super Indonesia (LSI) pada 2008.
Penulis: Kukuh Wahyudi
Jika sebelumnya Boaz Solossa dkk. mengakhiri musim dengan status juara (3 kali) dan runner up (3 kali), kali ini mereka hanya mampu finis di urutan keenam.
Tapi, apakah nasib Mutiara Hitam di Liga 1 menunjukkan bahwa kedigdayaan mereka telah punah? Jawabannya tentu tidak.
Pasalnya, Persipura terjun di Liga 1 dengan amunisi yang lebih minimalis dibanding mayoritas pesaingnya.
Ricardo Salampessy cs. mengarungi musim tanpa ada marquee player. Sementara itu tim lain, kecuali Perseru, Persegres United, dan Semen Padang (setengah musim), bermaterikan empat pemain asing.
Persipura bahkan sempat mewacanakan tak akan ambil bagian di kompetisi lantaran sulit mendapatkan sponsor. Walhasil, manajemen keteteran merekrut pemain.
Nyatanya, mereka sempat masuk ke jalur juara bersaing dengan Bhayangkara FC, Bali United, atau pun PSM.
Sepak terjang Persipura tetap menakutkan meski persiapan dan materi tim mereka tak ideal.
(Baca Juga: Media Asing Soroti Perjuangan Marc Klok Tempuh 12.000 Kilometer demi Indonesia)
Kini, dalam menatap musim depan, manajemen tak mau mengalami nasib serupa. Mengembalikan Persipura menjadi tim juara adalah tujuan.
Di kursi juru taktik, manajemen sudah jauh-jauh hari bersiap mengontrak pelatih.
Nama Peter Butler asal Inggris menjadi opsi terkuat lantaran sudah berkomunikasi intens dengan manajemen.
Tanda tangan di atas putih pun tinggal menunggu waktu.
"Sekarang kami tinggal menunggu respons Freeport dan Bank Papua untuk kelanjutan kerja sama 2018. Saya sangat berharap Persipura bisa didukung Rp 10 miliar dari Bank Papua dan Rp 12 miliar dari Freeport," tutur Benhur Tomi Mano, Ketua Umum Persipura.
Kalau bisa mendapatkan dukungan sebesar itu, Persipura bisa bergerak leluasa di bursa transfer.
Ujungnya, performa Persipura bakal kembali menakutkan.