Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Muhammad Ridho (Borneo FC) dan Aditya Harlan (Barito Putera) merupakan dua kiper paling sibuk di Liga 1 musim lalu dengan catatan penyelamatan terbanyak.
Penulis: CW-1/Andrew/Ovan/Suci
Muhammad Ridho melakukan 104 save, sementara Aditya Harlan punya 94 penyelamatan.
Ada hal menarik dari lesatan dua penjaga gawang ini. Baik Ridho maupun Adit dilatih oleh pelatih kiper asing, yang kebetulan sama-sama asal Brasil.
Ridho dipoles oleh Luizinho Passos, sedangkan Adit dilatih Felipe Guimaraes.
Muhammad Ridho mengaku perkembangan yang pesat itu tak lepas dari polesan Passos. Banyak hal baru yang menurutnya didapat dari sang pelatih.
“Banyak ilmu baru yang saya dapat. Contohnya latihan deflected ball. Bola utama dipantulkan ke bola-bola kecil sehingga arahnya tak terduga."
"Di bawah coach Passos, saya merasa lebih berkembang dalam hal reaksi, refleks, jumping, dan diving,” kata Ridho.
(Baca Juga: Pernah Jadi pelayan Toko, Begini Perubahan Drastis Georgina Rodriguez Setelah Menjadi Pacar Crsitiano Ronaldo)
Cara Tradisional
Adapun Felipe Guimaraes menyebut ia menuntut Aditya Harlan serta kiper Barito lain untuk mengerti berbagai situasi dalam pertandingan.
Felipe juga mencermati pola pertandingan tiap tim lawan sebelum menyusun program latihan khusus menjelang pertandingan.
"Dalam latihan, saya lebih cenderung pada hal yang berhubungan dengan kecepatan dan reaksi."
"Selain itu, simulasi gim saya terapkan menjelang hari pertandingan agar kiper-kiper saya bisa merasakan suasana seperti di laga yang akan mereka hadapi," kata Felipe.
Baik Passos maupun Felipe melatih di Indonesia bukan tanpa bekal.
Mereka setidaknya sudah mengantungi lisensi dari Associacao Brasileira de Treinadores de Goleiro (ABTG) atau Asosiasi Pelatih Penjaga Gawang Brasil.
Hal ini lantas menggiring benak ke pertanyaan: bagaimana dengan pelatih kiper lokal?
"Untuk sementara belum ada yang punya lisensi pelatih kiper AFC di Indonesia. Hal ini karena kursus lisensinya belum ada dan baru dimulai tahun depan," tutur pelatih kiper PS TNI, Benny van Breukelen.
(Baca Juga: Ini Momen Paling Menyebalkan bagi Daniel Ricciardo Sepanjang F1 Musim 2017)
Pelatih kiper memiliki lisensi khusus. Untuk mendapatkannya, harus terlebih dulu memiliki lisensi C AFC, yang mulai ditetapkan sebagai syarat minimum bagi pelatih kiper di Liga 1 2018.
BolaSport.com mencatat masih ada pelatih kiper di Liga 1 musim lalu yang bahkan belum mengantungi lisensi C AFC tersebut.
Salah satunya pelatih kiper Arema, Yanuar Hermansyah, yang saat ini tengah mengikuti kursus lisensi.
Karier Yanuar menjadi pelatih kiper dibangun dengan cara tradisional.
(Baca Juga: Manchester United Siapkan Dana Rp 1,6 Triliun untuk Datangkan Bek Juventus)
Mengawali langkah sebagai kiper Arema di era Galatama serta sempat berseragam Gelora Dewata, Yanuar mengawali kariernya dengan menjadi pelatih di SSB Arema dan Akademi Arema.
Dalam kondisi tanpa lisensi tersebut, Yanuar pernah menukangi tiga klub kasta tertinggi selain Arema, yakni Deltras Sidoarjo, Persiwa Wamena, dan Persela Lamongan.
Adapun lelaki yang akrab dipanggil Begal ini mengaku mendapat manfaat dari kursus lisensi yang tengah diikutinya.
Ia mengakui bahwa sepak bola tidak sebatas aksi di lapangan, tetapi ada teori yang mesti dipahami dengan matang.
(Baca Juga: Persija Melepas Sejumlah Pilar, Kepergian Pemain Ini Paling Berefek)
"Lisensi sangat penting. Namun, saya ikut kursus ini bukan sekadar mengejar lisensi. Lebih dari itu. Kami dituntut untuk benar-benar memahami materi terbaru dalam sepak bola sekarang. Hal ini menjadi modal untuk terjun sebagai pelatih," katanya.
"Ini adalah lisensi dasar yang dimulai dari C AFC. Tentu ke depan saya berharap mendapatkan kesempatan lagi untuk lisensi spesialis pelatih kiper," ucap Yanuar Hermansyah.
Sebuah kiriman dibagikan oleh BolaSport.com (@bolasportcom) pada