Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pemain asing yang pernah merumput di Indonesia, Kristian Adelmund mengungkapkan rasa kangennya dengan kota istimewa Yogyakarta.
Kristian Adelmund dan Yogyakarta memang memiliki cerita yang menarik bagi seorang pesepak bola.
Adelmund pertama kali berkarier di Indonesia ketika bergabung bersama PSIM Yogyakarta musim 2011.
"PSIM tim pertama saya, setelah itu Madura, baru saya pindah PSS Sleman," kata Adelmund.
Adelmund menganggap PSIM Yogyakarta jadi tim yang mengenalkannya pada Yogyakarta.
"Tanpa PSIM saya tidak bisa berkarier di indonesia. Karena PSIM saya juga kenal Yogyakarta," ujar Adelmund.
Pertandingan yang paling diingat Adelmund adalah ketika dirinya berseragam PSS Sleman dan harus berhadapan dengan tim yang pertama kali ia bela di Indonesia, PSIM Yogyakarta.
"Saya masih ingat rasa atmosfir sangat emosional para supporter. Main pertandingan seperti itu selalu spesial untuk pemain sepakbola karena selalu bisa rasakan passion dan semangat dari suporter," ungkap pemain berpostur 1,93 meter ini.
(Baca Juga: 35 Pemain Ini Masuk Nominasi Tim Indonesia Selection Lawan Islandia)
Bagi dirinya dua tim ini memiliki rivalitas yang luar biasa.
Meskipun PSIM Yogyakarta klub pertama Adelmund, dirinya mengaku cintanya jatuh pada PSS Sleman.
"Saya masih ingat ada banyak suporter marah sama saya. Semoga mereka mengerti dan saya minta maaf, saya sangat respect pada PSIM tapi saya tidak bisa bohong. Saya Cinta PSS," jelas Adelmund.
PSS Sleman menurutnya sama dengan Feyenoord, tim favoritnya di Belanda.
"Yang pertama kali saya datang di Stadion Maguwoharjo dan melihat supporter BCS dan Slemania saya sudah tahu 'ini rumah saya'. Atmosfer, stadion, suporter, rumput lapangan, pemain, manajemen dan semua tentang PSS selalu ada di hatiku," tegas Adelmund.
Bulan Desember nanti Adelmund akan kembali berkunjung ke Indonesia untuk liburan.
"Semoga PSS mengadakan pertandingan 'Cinta dan Dedikasi part 2'. Sekarang ini mimpi saya bisa main di depan supporter PSS sekali lagi, semoga bisa terealisasi," tutup Adelmund.