Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pedagang pernak-pernik Persija Jakarta merasakan dampak pembangunan Stadion Utama Gelora Bung Karno saat laga pembuka Liga 1
Semenjak direnovasi pasca kerusakan laga final Piala Presiden antara Perija Jakarta vs Bali United peraturan di Stadion GBK semakin ketat.
Pihak pengelola Stadion GBK melarang pedagang untuk membuka lapaknya di dalam kawasan Stadion.
Hal ini berdampak pada pendapatan para penjual merchandise tim.
(Baca Juga: Timnas Singapura Justru Lawan Tim Lemah usai Kalah dari Timnas U-23 Indonesia)
Dony Anggara, penjual jersey yang ditemui di area trotoar gerbang SUGBK tepatnya di depan Hotel mulia mengaku sudah sejak siang tadi ia menggelar dagangannya di laga Persija vs Bhayangkara.
“Saya berjualan pas Persija main sudah tiga kali dan selalu di luar semenjak GBK di renovasi. Kalau pendapatannya yang beda jauhlah. Tapi enaknya kalau di luar sini tidak ada uang sewa,” kata Dony.
Donny sedikit menyesalkan keputusan tersebut, tetapi mau tidak mau ia harus tetap berjualan demi menghidupi keluarga.
Dagangan yang dijual Dony antara lain jersey kaus, jersey pemain, kemeja, syal dan pernak-pernik lainnya.
(Baca Juga: Begini Nasib Mantan Kiper Timnas Indonesia Sekarang)
Harganya pun beragam, kaus biasa dengan tulisan Persija atau The Jakmania ia jual seharga 50 ribu, begitu pun dengan jersey, dan yang paling mahal kemeja, Rp 120 ribu.
Jika tidak ada pertandingan Donny menjual dagangannya di Kota Tua.
Sedikit saran pun disampaikan oleh Donny untuk kebaikan GBK dan pendapatan para pedagang.
"Harapan saya kalau bisa sih nantinya pengelola GBK kasih tempat kita untuk berjualan di dalam, dibuatkan satu area yang khusus bagi pedagang, supaya rapih. Karena kalau di sini kan di trotoar, pinggir jalan juga," tutup dia.